Evaluasi Konservasi Satwa, Menteri LHK Kunjungi Kebun Binatang Surabaya

oleh -337 Dilihat
IMG 20250507 WA0035
Menteri LHK memberi makan gajah yang menjadi salah satu koleksi Kebun Binatang Surabaya.

KabarBaik.co – Pemerintah terus memperkuat komitmennya dalam menjaga kesejahteraan satwa di lembaga konservasi. Hal ini ditegaskan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Hanif Faisol Nurofiq, saat melakukan kunjungan kerja ke Kebun Binatang Surabaya (KBS), Rabu (7/5).

Dalam kunjungannya, Menteri Hanif meninjau langsung kondisi satwa dan fasilitas yang tersedia di KBS. Ia menyampaikan apresiasi terhadap kondisi satwa yang dinilainya sehat dan terawat dengan baik. Kebersihan kandang dan tampilan fisiologis hewan menjadi indikator awal atas keseriusan pengelola dalam menjaga kesehatan satwa.

“Saya sudah melihat sekilas penanganan satwa di KBS. Secara visual, kondisinya bersih dan secara fisiologis terlihat sehat. Tapi kita tidak tahu apakah mereka bahagia atau tidak. Yang jelas, kesejahteraan satwa harus menjadi perhatian,” ungkapnya di hadapan awak media.

Meskipun memberikan penilaian positif, Menteri Hanif menyoroti pentingnya penetapan standar nasional mengenai luas ideal habitat satwa dalam kebun binatang. Ia menggarisbawahi bahwa tanpa pedoman yang jelas, pengelolaan lembaga konservasi bisa berjalan tanpa arah yang tepat.

“Sapi yang dilepas di alam liar memerlukan sekitar dua hektare lahan untuk bisa hidup secara mandiri,” ujarnya memberikan perbandingan.

Ia menambahkan bahwa saat ini luas KBS yang mencapai 15 hektare digunakan untuk menampung ratusan spesies, yang menunjukkan adanya keterbatasan ruang hidup.

“Kita harus punya standar. Beberapa negara sudah memilikinya, tapi belum tentu bisa diterapkan di Indonesia. Maka perlu kajian yang matang dan dialog intensif dengan Forum Komunikasi Kebun Binatang Seluruh Indonesia serta Taman Safari,” jelasnya.

Tak hanya soal ruang hidup, Menteri Hanif juga memberi perhatian pada keberhasilan KBS dalam pengembangbiakan satwa langka. Ia menyebut capaian tersebut sebagai bukti keberhasilan konservasi, namun tetap menekankan pentingnya evaluasi dan pengawasan secara terus-menerus.

Ia juga menyinggung implementasi Protokol Nagoya dalam konteks pelestarian satwa endemik Indonesia yang kini sebagian ditempatkan di kebun binatang luar negeri. Menurutnya, keberadaan satwa seperti komodo, orangutan, harimau Sumatera, dan gajah Sumatera harus memberikan manfaat yang adil bagi Indonesia.

“Kita tidak hanya boleh memanfaatkan. Satwa juga harus sejahtera. Kita wajib menjaga keberlanjutan biodiversitas yang ada, baik di dalam negeri maupun dalam kerjasama luar negeri,” tutupnya. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Yudha
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.