KabarBaik.co – Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap beberapa fakta di balik tragedi KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali pada 2 Juli lalu.
Kapal ternyata overdraft dengan membawa angkutan hampir empat kali lipat dari kapasitas.
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono mengatakan, kapasitas kapal hanya 138 ton. Saat tenggelam, kapal berisi muatan 538 ton.
“Jadi lebih tiga kalinya,” kata Soerjanto dalam pertemuan bersama anggota Komisi V DPR RI di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, Selasa (22/7).
Berdasarkan manifest, kapal tersebut memuat total 22 kendaraan. Rinciannya, 8 kendaraan golongan VII, 3 kendaraan golongan VIB, 3 kendaraan golongan VB, 3 kendaraan golongan IVB, 4 kendaraan golongan VIA, dan 1 kendaraan golongan II.
KNKT juga menemukan bila kendaraan yang berada di kapal tidak dilakukan pengikatan atau lashing. Selain itu, data berat kendaraan juga tidak digunakan dalam rencana pemuatan.
Masih berdasarkan manifest, jumlah penumpang kapal sebanyak 53 orang dan kru 12 orang. Namun, jumlah penumpang diduga lebih banyak dari yang tertulis di manifest.
Soerjanto mengatakan, kapal memiliki penanda batas mengambang saat berada di laut. Batas garis itu biasa disebut dengan istilah pisang-pisang.
Pada KMP Tunu Pratama Jaya, kata dia, body kapal yang tenggelam tersebut melebihi batas yang ditentukan. Tidak terlihatnya penanda itu menjadi tanda bahwa kapal kelebihan muatan.
“(Kelebihan muatan) Ini yang menyebabkan garis muat tadi tenggelam,” ujarnya.
Sementara terkait data kapal, Soerjanto mengatakan KMP Tunu dibangun pada tahun 2010. Kapal diukur dan dimodifikasi ulang pada 2016. Awalnya, kapal tersebut berjenis kapal pendarat semacam LCT atau LST. Kapal kemudian diubah jenis Rerry Ro-Ro pengangkut penumpang dan kendaraan.
KMP Tunu Pratama Jaya terakhir kali pengedokan pada 21 Oktober 2024. Kapal diperiksa surveyor klas dari BKI. Kapal juga menjalani ramp check menjelang libur lebaran oleh marine inspector pada 3 Juni 2025.
“Dengan hasil keseluruhan baik,” tutur dia.