KabarBaik.co – Angin laut berembus lembut di Dermaga Minapolitan Randuboto. Aroma sate kerang menyeruak dari tungku-tungku pembakaran di tepi dermaga. Warga berjubel menanti momen yang sudah dinanti setahun sekali: Festival Sate Kerang 2025, Minggu (26/10).
Di antara keramaian itu, berdiri tumpeng raksasa setinggi satu setengah meter yang terbuat dari 2.025 tusuk sate kerang, siap dibagikan gratis kepada masyarakat.
Pemandangan itu menjadi bukti bagaimana Desa Randuboto, Kecamatan Sidayu, bertransformasi. Wilayah yang dulu dikenal kumuh kini berubah menjadi desa pesisir yang hidup, bersih, dan berdaya ekonomi. Perubahan itu tak datang tiba-tiba.
Dalam dua tahun terakhir, desa ini menggeliat lewat kerja kolektif warga, karang taruna, dan pemerintah desa, yang hari ini berpuncak pada peresmian Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) oleh Wakil Bupati Gresik, Asluchul Alif.
Festival yang dihadiri ratusan warga itu tak hanya menjadi ajang hiburan, tapi juga simbol kebangkitan ekonomi lokal. Di hadapan para pejabat daerah di antaranya Anggota Komisi XI DPR RI Thoriq Majiddanor, Ketua DPRD Gresik M. Syahrul Munir, dan Kepala Dinas Perikanan Arif Wicaksono, Wabup Alif menegaskan pentingnya kolaborasi kreatif dalam menggerakkan potensi desa.
“Kolaborasi ini sangat bagus dan kreatif, festival seperti ini bukan hanya sekadar hiburan tapi juga mendorong perekonomian masyarakat pesisir,” ujarnya.
Ia menilai KDMP Randuboto sebagai instrumen penting dalam menopang sektor ekonomi utama desa—perikanan, pertanian, dan peternakan. Koperasi, menurutnya, dapat menjadi solusi pengembangan ekonomi berkelanjutan yang berpihak pada warga pesisir.
“Saya mengapresiasi KDMP Desa Randuboto yang telah menyediakan kebutuhan untuk perikanan, pertanian, dan peternakan,” kata Wabup Alif.
Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan bahwa Pemdes Randuboto akan bekerja sama dengan Koperasi Sunan Drajad untuk membuka gerai baru. Dengan berdirinya KDMP Randuboto, jumlah koperasi desa aktif di Kabupaten Gresik akan bertambah menjadi 87. “Dulu Randuboto kumuh, sekarang sudah banyak perubahan, bahkan jadi percontohan nasional. Dengan kegiatan seperti ini, desa akan semakin dikenal luas,” ujarnya.
Transformasi Randuboto tak hanya tampak dari fisik wilayah yang kini tertata, tapi juga dari semangat warganya. Ketua DPRD Gresik, M. Syahrul Munir, mengapresiasi sinergi antara pemerintah desa, pemuda, dan komunitas Info Gresik yang turut memperkuat citra positif desa.
“Kolaborasi dengan media itu penting. Berita-berita positif seperti ini bisa memperkuat citra desa dan menginspirasi daerah lain. Kami juga mengucapkan selamat ulang tahun ke-15 Info Gresik,” katanya.
Kepala Desa Randuboto, Andhi Sulandra, yang menjadi penggerak utama perubahan itu, menjelaskan bahwa festival kali ini juga dirangkai dengan panen perdana udang vaname di tambak BUMDes Randuboto. Ia menilai keberhasilan ini sebagai hasil gotong royong warga yang menjaga potensi pesisir agar tetap produktif. “Alhamdulillah, antusiasme masyarakat luar biasa. Tak sampai lima menit, 2.025 tusuk sate kerang langsung habis dibagikan,” ucapnya.
Menurut kades Andhi, potensi kerang di Randuboto sangat besar karena wilayahnya memiliki garis pantai berlumpur yang subur. Selain kerang, nelayan juga banyak menghasilkan ikan sembilang, udang, dan komoditas perikanan lainnya. “Melalui festival ini, kami ingin memperkenalkan produk unggulan nelayan dan UMKM pesisir. Semoga tahun depan bisa lebih besar dan menarik lebih banyak pengunjung,” tambahnya.
Festival ini juga diramaikan belasan stan UMKM pesisir, musik nelayan, hingga parade budaya pada malam hari. Setiap RT menampilkan kreasi unik seperti ikon ikan sembilang, pari, udang vaname, dan perahu hias, menggambarkan identitas pesisir yang kini menjadi sumber kebanggaan warga.
“Saya ucapkan terima kasih untuk seluruh warga Randuboto, Karang Taruna, Info Gresik, dan sponsor yang sudah mendukung acara ini,” ujar kades Andhi menutup sambutannya.
Sebagai penutup, Wabup Alif bersama jajaran Muspika Sidayu menaiki mini ferry menuju tambak di Dusun Ujung Timur atau Brangwetan. Di sana, mereka melakukan panen udang vaname sebagai simbol ketahanan pangan dan kemandirian ekonomi desa.
Gelombang kecil di dermaga seolah menjadi saksi: Randuboto yang dulu terpinggirkan, kini tengah menulis babak baru sebagai desa pesisir yang maju dan berdaya.(*)






