KabarBaik.co – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) menggelar Anugerah Sabda Budaya (ASB) ke-7 sebagai puncak rangkaian Dies Natalis ke-16, Rabu (3/12). Acara yang berlangsung di Aula lantai 2 Gedung A FIB UB ini mengusung tema Samadya Danasmara Manunggal Rasa.
FIB UB mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menyatukan rasa dalam upaya pelestarian budaya Nusantara. Pada penyelenggaraan tahun ini, ASB dianugerahkan kepada tiga tokoh seni dan sastra yang dinilai memiliki karya unggul sekaligus kontribusi besar bagi masyarakat maupun kerja kultural FIB UB.
Adapun seniman dan sastrawan yang mendapat penghargaan, yaitu Tengsoe Tjahjono, penyair dan cerpenis yang menerima penghargaan bidang sastra. Winarto Ekram, penari dan koreografer yang menerima penghargaan bidang seni tradisi. Dadang Rukmana, pelukis dan perupa yang menerima penghargaan bidang Seni Rupa.
“Anugerah ini merupakan bentuk penghormatan FIB kepada para seniman yang selama ini telah menjalin kolaborasi erat dengan fakultas, serta menjadi bagian dari perjalanan budaya kami,” ujar Yohanes Padmo Adi Nugroho, Koordinator Kurator ASB 2025.
Sementara itu, Dekan FIB UB, Sahiruddin menjelaskan bahwa ASB telah menjadi ciri khas FIB sejak pertama digelar pada 2018. Tahun ini menjadi momen reflektif bagi fakultas yang kini berusia 16 tahun.
“Banyak hal telah kami lakukan dalam bidang Digital Humanities dan industri berbasis budaya. Kami juga aktif dalam soft diplomacy budaya melalui dua Rumah Budaya Indonesia (RBI) di China serta pengembangan platform seperti Brawijaya Corpora dan Batikpedia,” jelas Sahiruddin.
Selain itu, FIB UB juga telah terjun ke 59 desa untuk mendata objek-objek budaya melalui program Wilwatikta, bekerja sama dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 11. Dari sisi kelembagaan, FIB menargetkan predikat Zona Integritas WBK/WBBM, dan seluruh program studi kini telah mengantongi akreditasi unggul maupun internasional.
“FIB ini selain disebut Fakultas Ilmu Budaya, juga disebut Fakultas Inovasi Berdampak untuk mendukung UB yang Unggul dan Berdampak,” tambahnya.
Di tempat yang sama, Rektor UB, Prof. Widodo, menegaskan bahwa di tengah kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI), budaya tetap menjadi puncak nilai yang tidak tergantikan.
“AI hanya berdasarkan algoritma, sedangkan manusia memiliki hati. Kitalah yang menjaga dan melestarikan budaya. Anugerah ini bukan sekadar penghargaan, tapi juga pengingat bahwa di tengah digitalisasi masih ada mereka yang setia menjaga sabda budaya bangsa,” ujarnya.
Acara juga dihadiri sejumlah tokoh, di antaranya Prof. Djoko Saryono (UM), seniman Sutak Wardiono, Syarifuddin dari Museum Panji, Hengky Herwanto dari Museum Musik Indonesia, Kepala Desa Kranggan Ngajum, perwakilan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 11, serta perwakilan Museum Heritage Jawa Timur Park. Komunitas sastra dan seni seperti Pelangi Sastra, komunitas seni tradisi, dan komunitas seni rupa Lompat Pagar juga turut meramaikan acara.
Para tamu, dosen, dan tenaga kependidikan hadir dengan busana adat dari berbagai daerah, menambah kekhidmatan suasana.
Dengan digelarnya ASB 2025, FIB UB menegaskan komitmennya sebagai pelestari budaya Nusantara, sekaligus memperkuat peran kampus sebagai ruang pertemuan antara ilmu pengetahuan dan praktik budaya. FIB terus bertransformasi menjadi pusat keilmuan dan kebudayaan yang berdaya saing nasional maupun internasional. (*)
