Gegara Uang Lebaran, Bocah di Surabaya Diusir dari Rumah

oleh -1754 Dilihat
IMG 20250401 WA0008
Ilustrasi kekerasan pada anak.

KabarBaik.co – Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang menimpa seorang anak laki-laki berinisial MAN, 7, di kawasan Tanah Merah, Surabaya, menjadi perhatian publik setelah viral di media sosial. Bocah tersebut mengalami kekerasan fisik yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri, SNS. Kejadian ini langsung mendapat respons dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya yang terjun memberikan perlindungan dan pendampingan kepada korban.

Insiden kekerasan ini terjadi pada Jumat (29/3) malam, dipicu oleh hilangnya uang yang disimpan oleh ibu korban untuk kebutuhan Lebaran. Sang ibu, dalam kondisi emosi, melampiaskan kemarahannya dengan cara yang tidak seharusnya kepada anaknya sendiri. Bocah tersebut mengalami pemukulan menggunakan sapu dan botol air mineral, serta diusir keluar rumah saat malam hari, yang menyebabkan luka memar di tubuhnya.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Surabaya, Ida Widayati, memastikan bahwa pihaknya telah melakukan langkah cepat dalam menangani kasus ini.

“Kami prihatin dengan kejadian ini dan langsung turun tangan untuk memastikan korban mendapatkan perlindungan dan pemulihan yang dibutuhkan,” ujar Ida, Selasa (1/4).

Setelah menerima laporan, tim DP3APPKB Surabaya segera mendatangi lokasi kejadian untuk melakukan penjangkauan dan menilai kondisi korban. Dalam proses tersebut, anak mendapatkan pendampingan psikologis untuk mengatasi trauma yang dialaminya akibat kekerasan tersebut.

“Saat ini, untuk kondisi psikis korban sudah mulai membaik setelah mendapatkan pendampingan. Anak tersebut juga sudah mulai menunjukkan kedekatan dengan ibunya dan menyatakan rasa sayang,” katanya.

Selain memberikan bantuan psikologis, DP3APPKB juga memberikan edukasi kepada anak agar tidak keluar rumah pada malam hari tanpa pengawasan atau izin dari orang tua. Sementara itu, ibunya diberikan psikoedukasi mengenai pentingnya pengasuhan yang baik dan diimbau untuk tidak mengulangi tindakan kekerasan kepada anaknya.

“Kami juga melakukan psikoedukasi kepada ibu korban agar tidak mengulangi tindakan kekerasan dan menyarankan pemeriksaan psikologis,” imbuhnya.

Upaya lain yang dilakukan Pemkot Surabaya adalah berkoordinasi dengan RT/RW setempat untuk memastikan kondisi anak tetap dalam pemantauan. Pemerintah juga melihat bahwa permasalahan ekonomi bisa menjadi salah satu faktor yang memicu kekerasan dalam keluarga.

Oleh karena itu, mereka berencana memberikan bantuan ekonomi bagi ibu korban agar dapat memiliki penghasilan yang lebih stabil dan tetap bisa merawat anaknya dengan baik.

Tak hanya itu, sebagai bentuk dukungan lebih lanjut, Pemkot Surabaya juga akan membantu mengalihkan status kepesertaan BPJS korban dari mandiri ke kategori Penerima Bantuan Iuran (PBI). Langkah ini diambil agar korban dan keluarganya bisa mendapatkan akses kesehatan tanpa harus terbebani biaya iuran bulanan.

Dalam kasus ini, Ida menegaskan bahwa pihaknya akan terus melakukan pemantauan secara berkala terhadap korban. Dengan adanya pendampingan berkelanjutan, diharapkan anak dapat pulih dari trauma dan menjalani kehidupan yang lebih baik.

“Kami mengimbau kepada masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar dan segera melaporkan jika melihat atau mendengar adanya tindak kekerasan terhadap anak,” tegasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Yudha
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.