KabarBaik.co – Fenomena kotak kosong pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gresik 2024 menyedot atensi luas. Banyak yang menolak memilih bumbung kosong itu, namun tidak sedikit yang mendukung bahkan mengkampanyekannya.
Salah satu gerakan menolak memilih kota kosong muncul dari wilayah Gresik barat. Yakni Aliansi Pemuda-Pemudi Duduksampeyan. Dari Gresik wilayah barat, mereka mendekarasikan diri menolak pilih kotak kosong pada Pilkada Gresik, 27 November mendatang.
Bertempat di Duduksampeyan, kemarin, sebanyak 50 generasi milenial dari berbagai desa di Kecamatan Duduksampeyan berkomitmen untuk tidak memilih kotak kosong karena banyak mudarat atau dampak negatifnya.
Koordinator Aliansi Pemuda-Pemudi Duduksampeyan Ahmad Buchori, 34, mengatakan pada Pilkada kali ini hanya ada satu pasangan calon (Paslon) yang mendaftar di KPU Gresik.
Yakni Calon Bupati (Cabup) dan Calon Wakil Bupati (Cawabup) Gresik nomer urut 1 Fandi Akhmad Yani-Asluchul Alif. Sehingga Yani-Alif harus melawan kotak kosong.
Buchori menjelaskan, ada banyak efek negatif bila kotak kosong menjadi pemenang di Pilkada Gresik.
“Risiko-risiko yang dapat terjadi pastinya ada vakum kepemimpinan yang di-Pj kepada pejabat tertentu minimal 1 tahun,” ujar pemuda asal Desa Duduksampeyan ini, Jumat (18/10).
Selanjutnya, adanya Pj berpotensi tidak dapat membuat kebijakan kongkrit dan sesuai kebutuhan masyarakat.
“Melalui kotak kosong kepemimpinan tidak jelas arahnya, dan masyarakat menuntut dipimpin dengan visi dan misi yang jelas,” terang Buchori.
Tak hanya itu, dari segi anggaran, pelaksanaan Pilkada yang memakan anggaran sebesar kurang lebih Rp 85 miliar tentu akan membengkak jika pelaksanaannya diulang.
“Maka dari itu, kita sadar bahwa risiko kotak kosong ini sangat besar jika kita melihat lebih rinci lagi,” tandasnya.
Buchori menegaskan, deklarasi menolak memilih kotak kosong untuk Pilkada Gresik 2024 penting dilakukan agar masyarakat mengerti tak ada manfaat mendukung kotak kosong.
Deklarasi ini diakhiri dengan membubuhkan tanda tangan bersama. (*)