KabarBaik.co – Harga tomat di Jombang anjlok drastis dalam beberapa pekan terakhir. Jika sebelumnya sempat menyentuh angka Rp 20.000 per kilogram, kini harga tomat di tingkat petani hanya berkisar Rp 2.000 per kilogram. Kondisi ini membuat petani merugi di tengah musim panen.
Panen raya saat ini berlangsung di Desa Glagahan, Perak, Jombang. Para petani mengeluhkan harga jual yang tak sebanding dengan biaya produksi.
“Harga tomat sekarang jatuh. Minggu kemarin masih Rp 4.000 per kilo, sekarang paling tinggi cuma Rp 2.000. Padahal sebelumnya bisa Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per kilo. Sementara biaya pupuk dan obat-obatan mahal. Sekarang untungnya tipis sekali,” ujar Muhaimin, petani asal Desa Glagahan, Minggu (17/8).
Muhaimin menyebut anjloknya harga tomat dipicu oleh melimpahnya pasokan akibat panen serentak di sejumlah wilayah penghasil tomat di Jawa Timur, seperti Mojokerto, Kediri, dan Malang.
“Banyak daerah sudah mulai panen raya. Karena itu harga di pasar langsung turun. Permintaan tidak sebanding dengan jumlah pasokan,” jelasnya.
Untuk menanam tomat di lahan seluas 1.400 meter persegi, Muhaimin mengaku menghabiskan biaya produksi sekitar Rp 12 juta. Biaya itu mencakup pembibitan, pemupukan, hingga perawatan intensif karena serangan hama.
Dengan hasil panen sekitar 1,2 hingga 1,3 ton, harga jual yang rendah membuat petani kesulitan menutup modal. Ia pun berharap bisa mendapat harga lebih baik di luar daerah.
“Panennya bagus, tapi harganya turun. Hari ini saya jual ke Pasar Nganjuk, mudah-mudahan ada kenaikan harga di sana,” tambahnya.
Tak hanya masalah harga, petani juga dihadapkan pada serangan hama seperti kutu trips dan penyakit kresek. Perawatan rutin dan penyemprotan harus dilakukan agar tanaman tetap sehat hingga masa panen.
“Perawatannya lumayan berat karena hama selalu datang. Tapi kita harus rutin semprot untuk menjaga tanaman tetap produktif,” pungkas Muhaimin. (*)