KabarBaik.co – Husky-CNOOC Madura Limited (HCML), Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) migas yang beroperasi di perairan Madura, terus menunjukkan komitmennya dalam pemberdayaan masyarakat. Melalui program Pengembangan Masyarakat, HCML menggandeng Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Kelas II Branta, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, dan Politeknik Pelayaran Surabaya, untuk menyelenggarakan pelatihan kepelautan bagi pemuda pesisir Madura.
Program ini menyasar generasi muda kurang mampu di wilayah pesisir Kabupaten Pamekasan, dengan tujuan memperkuat kapasitas dan keterampilan mereka di bidang kemaritiman. Pelatihan yang diberikan meliputi Basic Safety Training (BST), Advance Fire Fighting (AFF), Security Awareness Training (SAT), dan Rating Deck Pembentukan.
“Kegiatan ini untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan peserta dalam dunia kerja maritim. Kami ingin mereka memiliki bekal kompetensi yang diakui secara internasional,” ujar Manager Regional Office & Relations HCML, Hamim Tohari dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (25/7).
Pelatihan Basic Safety Training digelar pada 17–26 Februari 2025. Peserta dibekali kemampuan dasar seperti penggunaan alat pelindung diri, teknik penyelamatan, pertolongan pertama (P3K), dan prosedur evakuasi darurat di laut.
Kemudian, pelatihan lanjutan Advance Fire Fighting dilaksanakan pada 13–17 Maret 2025, berfokus pada penanganan kebakaran di kapal, termasuk penggunaan alat pemadam dan evakuasi darurat di ruang mesin.
Pada 18 Maret 2025, peserta mengikuti Security Awareness Training guna meningkatkan pemahaman tentang ancaman keamanan maritim seperti perompakan, terorisme, dan kejahatan laut lainnya. Pelatihan ini juga mencakup penerapan prosedur keamanan di kapal dan pelabuhan.
Adapun Rating Deck Pembentukan digelar selama lebih dari satu bulan, mulai 14 April hingga 29 Mei 2025. Pelatihan ini menekankan pada keterampilan teknis terkait pekerjaan di dek kapal, seperti pemeliharaan, navigasi, dan operasi harian kapal.
Menurut Hamim, pelatihan ini tak sekadar meningkatkan keahlian teknis, tetapi juga mendorong pemuda pesisir agar lebih mandiri dan mampu mengelola potensi kelautan secara berkelanjutan.
“Kami juga memperkenalkan teknologi ramah lingkungan untuk penangkapan dan pengolahan hasil laut. Selain itu, ada edukasi soal regulasi kemaritiman, zona tangkap, konservasi, dan tata kelola wilayah pesisir,” jelasnya.
Program ini turut membuka peluang ekonomi baru lewat pelatihan kewirausahaan berbasis potensi hasil laut, diversifikasi produk kelautan, dan penguatan rantai nilai (value chain). HCML berharap kemitraan dengan pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan ini menjadi pondasi pengembangan sektor kelautan yang inklusif dan berkelanjutan.
Sertifikasi pelatihan BST, AFF, SAT, dan Rating Deck Pembentukan menjadi syarat mutlak untuk bekerja di kapal nasional maupun internasional, sesuai dengan standar IMO STCW (International Convention on Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers).
“Lewat pelatihan ini, peserta tak hanya mendapatkan pemahaman baru, tapi juga bisa membangun jaringan dan kerja sama yang bermanfaat di dunia.