IGK Manila: Jenderal Nyentrik, Pengabdi Olahraga, Wafat di Usia 83 Tahun

oleh -178 Dilihat
IGK MANILA
IGK Manila semasa hidup (Foto Antara)

KabarBaik.co Dunia olahraga Tanah Air berduka. Senin, 18 Agustus 2025, Mayor Jenderal (Purn) I Gusti Kompyang (IGK) Manila tutup usia. Ia meninggal pada usia 83 tahun. Sosok yang dikenal dengan kumis tebal dan pembawaannya yang nyentrik ini meninggalkan jejak panjang di bidang militer, olahraga, hingga politik.

IGK Manila lahir di Singaraja, Bali, pada 8 Juli 1942. Dia menapaki kariernya sebagai salah seorang dari 15 perwira remaja pertama lulusan Akademi Militer Nasional (AMN) dengan kecabangan Polisi Militer. Ketekunannya membuat kariernya terus menanjak hingga mencapai pangkat Mayor Jenderal TNI-AD (POM ABRI).

Meski berakar dari dunia militer, perjalanan hidup Manila tidak berhenti di sana. Ia dikenal aktif di berbagai organisasi, baik sosial maupun olahraga. Pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum ORARI, Direktur Akademi Olahraga Indonesia (AKORIN), serta populer dengan panggilan radio amatirnya, YB0AA.

Bagi publik olahraga, nama IGK Manila sangat erat dengan sepak bola Indonesia. Puncak kiprahnya terjadi saat menjabat sebagai manajer tim nasional di SEA Games 1991 Manila, Filipina. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia sukses merebut medali emas sepak bola SEA Games, prestasi langka yang baru bisa diulang kembali 32 tahun kemudian pada 2023.

Kemenangan di 1991 menjadikan namanya abadi dalam sejarah sepak bola Indonesia. Hingga kini, pencapaian itu dikenang sebagai salah satu tonggak emas sepak bola tanah air.

Selain tim nasional, IGK Manila juga menorehkan prestasi di level klub. Ia dipercaya Ketua KONI Jawa Barat Suryatna Subrata untuk mengelola Bandung Raya, klub yang kemudian ia antarkan menjadi juara Liga Indonesia 1996.

Bagi warga Jakarta, nama Manila juga tak terlupakan. Menjadi manajer Persija Jakarta sejak 1997 hingga 2005. Bersamanya, Macan Kemayoran mengakhiri dahaga panjang dengan menjuarai Liga Indonesia 2001, sebuah gelar yang sangat berarti bagi pendukung Persija.

Tak hanya di sepak bola, IGK Manila juga berjasa dalam membesarkan olahraga wushu di Indonesia. Pada 1992, ia bersama sejumlah tokoh mendirikan Pengurus Besar Wushu Indonesia (PBWI) dan menjabat sebagai ketua umum pertama.

Di masa Orde Baru, wushu sempat dianggap tabu dan sulit tampil di ruang publik. Namun berkat lobi-lobi Manila, bahkan hingga ke Presiden Soeharto, olahraga ini akhirnya mendapat dukungan untuk pembinaan dan pembiayaan. Kini, wushu menjadi salah satu cabang olahraga yang cukup diperhitungkan di level internasional.

Selepas dari berbagai kiprahnya di olahraga, IGK Manila tetap aktif memberi kontribusi bagi bangsa. Ia dipercaya menjadi Gubernur Akademi Bela Negara (ABN) Partai NasDem, tempat ia mendidik generasi muda agar tumbuh sebagai pemimpin visioner, berintegritas, dan tetap menjunjung tinggi nilai kebangsaan.

Kepergian IGK Manila meninggalkan duka mendalam di berbagai kalangan. Ketua Umum KONI Pusat Letjen TNI Purn Marciano Norman menyampaikan belasungkawa, mewakili masyarakat olahraga prestasi Indonesia.

Sementara itu, Ketua Umum PSSI Erick Thohir menyebut Manila sebagai sosok mentor dan sahabat. “Saya kehilangan sahabat dan mentor yang loyal dan pekerja. Terima kasih, Pak Jenderal IGK Manila, telah membawa juara SEA Games 1991 dan bekerja sama saat di Persija membawa juara 2001. Sepak bola Indonesia kehilangan salah satu figur yang baik,” tutur Erick.

Dalam banyak kesempatan, IGK Manila selalu menekankan pentingnya persatuan dalam membangun olahraga Indonesia, khususnya sepak bola.

“Jika ingin KLB berhasil maka harus bersatu dan membuang jauh rasa ego serta jangan mengutamakan kepentingan golongan,” ujarnya suatu ketika.

Ia juga mengingatkan bahwa PSSI bukanlah milik sebagian orang, tetapi seluruh rakyat Indonesia, sehingga semua pihak berkewajiban menjaganya.

IGK Manila adalah sosok yang nyentrik, tegas, namun penuh pengabdian. Dari medan militer hingga lapangan hijau, dari ruang organisasi hingga gelanggang politik, ia selalu menyalakan semangat persatuan dan kebangsaan.

Dengan kepergiannya, Indonesia kehilangan seorang tokoh besar yang tak hanya berkontribusi dalam olahraga, tetapi juga dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan. Warisan perjuangan dan semangatnya akan terus hidup di hati masyarakat, khususnya mereka yang pernah merasakan langsung dampak kiprah panjangnya. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Supardi


No More Posts Available.

No more pages to load.