KabarBaik.co – Kabupaten Gresik mencatatkan laju inflasi tahunan (year-on-year/y-on-y) sebesar 1,44 persen per Juni 2025, menjadikannya daerah dengan inflasi terendah di Jawa Timur. Meski demikian, angka ini masih dibayangi gejolak harga bahan pangan, terutama bawang merah dan cabai rawit yang mengalami lonjakan tajam.
Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gresik, Selasa (1/7), menunjukkan Indeks Harga Konsumen (IHK) di angka 106,74. Inflasi ini masih berada dalam batas aman, di bawah target nasional sebesar 2,5 persen ±1 persen.
Indriya Purwaningsih, Kepala BPS Gresik, mengatakan bahwa gejolak harga komoditas pangan memang masih terasa. “Meskipun terdapat gejolak harga pada beberapa komoditas pangan, secara keseluruhan laju inflasi Gresik masih berada di bawah target,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (1/7).
Pendorong utama inflasi tahunan datang dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi 1,41 persen dan memberikan andil 0,48 persen terhadap inflasi umum. Komoditas penyumbang tertinggi antara lain beras, cabai rawit, bawang merah, minyak goreng, dan santan jadi.
Di luar pangan, kelompok kesehatan menjadi perhatian tersendiri. Sektor ini mencatat inflasi tahunan tertinggi sebesar 7,97 persen, dipicu oleh kenaikan tarif layanan kesehatan seperti rumah sakit, dokter umum, dan dokter spesialis.
Secara bulanan (month-to-month/m-to-m), Gresik mengalami inflasi 0,48 persen. Harga bawang merah melonjak 13,61 persen, cabai rawit naik 38,64 persen, dan beras naik 2,08 persen. BPS menyebut lonjakan ini terjadi akibat terganggunya distribusi, belum meratanya panen, serta aksi demonstrasi sopir truk ODOL (Over Dimension Over Load) yang berdampak pada kelancaran pasokan pangan.
“Gresik saat ini berada di fase awal musim tanam padi, sementara panen raya belum merata. Hal ini turut memicu kenaikan harga beras di pasaran,” kata Indriya.
Meski begitu, inflasi tahun kalender (year-to-date/y-to-d) hingga Juni 2025 tercatat hanya 0,95 persen, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu. Beberapa komoditas tercatat menahan laju inflasi, seperti ikan mujair, daging ayam ras, udang basah, dan bensin, yang mengalami penurunan harga.
Menutup laporannya, Indriya mengingatkan pentingnya koordinasi berbagai sektor untuk menjaga stabilitas harga pangan ke depan. “Kami mengimbau pemerintah daerah dan seluruh stakeholder untuk terus memantau dinamika harga, khususnya menjelang semester dua,” ujarnya.(*)