KabarBaik.co – Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus berupaya meningkatkan produksi susu sapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi peternak lokal.
Langkah konkret dilakukan melalui kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah, salah satunya melalui impor 1.080 ekor sapi perah bunting dari Australia. Sapi yang didatangkan merupakan hasil persilangan Holstein dan Jersey yang dikenal memiliki produktivitas tinggi serta kualitas susu unggul.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa secara khusus hadir dalam proses kedatangan sapi tersebut dan mengapresiasi inisiatif PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA) melalui anak usahanya PT Santosa Agrindo Lestari (Santori) bersama PT Greenfields Indonesia.
“Sapi-sapi ini akan dikelola oleh peternak mitra PT Greenfields Indonesia yang tersebar di lima kabupaten, yakni Malang, Blitar, Kediri, Pasuruan, dan Kota Batu. Kami optimistis langkah ini akan berdampak besar terhadap peningkatan populasi sapi perah dan produksi susu segar di Jatim,” ujar Khofifah, Selasa (15/7).
Menurutnya, peningkatan produksi susu ini juga mendukung program pemerintah, termasuk penyediaan kebutuhan susu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Khofifah menambahkan, impor sapi perah ini bukan hanya untuk peningkatan produksi, tapi juga sebagai strategi mendorong peternak agar tetap bertahan dan berkembang. Saat ini, Indonesia masih mengimpor sekitar 79 persen kebutuhan susu nasional.
“Dengan adanya Greenfields sebagai off taker, peternak tidak perlu khawatir karena susu yang mereka hasilkan sudah ada yang menampung,” ucapnya.
Ia meyakini, kehadiran 1.080 ekor sapi perah ini akan membuka peluang ekonomi baru, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat ketahanan pangan berbasis lokal.
Sebelum wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) melanda pada 2022, populasi sapi perah di Jatim tercatat sebanyak 305.708 ekor dengan produksi susu mencapai 530.426 ton per tahun. Namun, akibat wabah, jumlah sapi menurun hingga 7,6 persen menjadi 282.364 ekor di akhir 2022.
Penurunan ini berdampak langsung pada produksi harian susu segar, yang semula 1.219 ton pada 2021, turun menjadi 1.014 ton di 2022 atau setara penurunan 16,8 persen.
“Alhamdulillah, setelah PMK dapat dikendalikan, populasi sapi perah Jatim pada akhir 2024 naik menjadi 292.265 ekor. Ini merupakan kontribusi terbesar secara nasional, yakni mencapai 60 persen dari total populasi sapi perah Indonesia,” papar Khofifah.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan peternak untuk mempercepat pencapaian target swasembada susu dan meningkatkan kesejahteraan peternak.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, Agung Suganda, menyampaikan bahwa pihaknya siap mendukung penambahan 10.000 ekor sapi perah baru untuk mendukung produksi susu segar di Jatim. Sapi tersebut rencananya akan ditempatkan di farm unit 3 PT Greenfields Indonesia di Blitar.
“Insyaallah tahun ini kami fasilitasi bersama Badan Karantina Indonesia agar proses perizinannya berjalan lancar,” katanya.
Selain JAPFA dan Greenfields, perusahaan lain seperti PT Bumi Rojokoyo (Banyuwangi) dan PT Bumi Kironggo Joyo (Bondowoso) juga telah mengimpor sebanyak 2.200 ekor sapi perah. Total sapi perah impor yang masuk Jatim pada 2025 pun mencapai 3.300 ekor.
Komisaris Utama JAPFA, Syamsir Siregar, menegaskan bahwa peningkatan produksi susu dalam negeri tidak cukup hanya dengan impor, tetapi harus dibarengi pemberdayaan peternak secara berkelanjutan.
“Kami percaya, kunci kemandirian produksi susu nasional ada pada peternak lokal. Oleh karena itu, program ini tidak hanya berhenti pada pengadaan sapi, tetapi juga mencakup pelatihan teknis dan pembinaan terus-menerus,” ungkapnya.
Ia berharap, upaya ini mampu menjadi solusi jangka panjang untuk mendukung ketahanan pangan nasional melalui kemandirian produksi susu di dalam negeri.