KabarBaik.co – Menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru), harga sejumlah kebutuhan pokok di Kota Malang mengalami kenaikan signifikan. Kondisi ini membuat Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, bergerak cepat melakukan inspeksi mendadak (sidak) bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Pasar Gadang Lama, distributor, dan retail modern, Rabu (3/12).
Dari hasil sidak, Wahyu menemukan bahwa kenaikan harga terutama terjadi di pasar tradisional. “Pertama kita ke pasar tradisional, Pasar Gadang Lama, dan dari situ kita melihat memang ada kenaikan yang signifikan,” ujarnya.
Wahyu menjelaskan bahwa harga bahan pokok di tingkat distributor masih stabil dan tidak mengalami kenaikan berarti. Hal tersebut menunjukkan bahwa lonjakan harga lebih banyak terjadi di tingkat pedagang pasar. “Tidak ada kenaikan di distributor, stabil. Tetapi kalau di pasar mereka sudah mulai menaikkan, biasanya tergantung situasi, apalagi menjelang hari raya,” jelasnya.
Wahyu menyebutkan, beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga cukup tinggi, yaitu daging naik sekitar Rp 5.000 per kilogram, kacang tanah dari Rp 38.000 menjadi Rp 48.000 per kilogram, cabai menyentuh Rp 75.000 per kilogram di Pasar Gadang Lama.
“Kenaikan harga tertinggi adalah kacang sampai Rp10.000. Itu signifikan, baru satu hari kemarin naiknya. Karena stok dari luar ada pembatasan, jadi harganya lebih tinggi,” jelas Wahyu.
Menurut Wahyu, di retail modern harga sejumlah komoditas bervariasi. Namun, kenaikan cukup terasa terjadi pada bawang merah. Di Pasar Gadang Lama, bawang merah Probolinggo masih menjadi primadona meskipun harganya lebih tinggi. Sementara itu, stok terbatas dan selisih harga yang tidak terlalu jauh membuat masyarakat juga memilih bawang dari Bima, Padang dan Kintamani.
Berbeda dengan bawang merah, harga bawang putih tercatat stabil baik di pasar tradisional maupun retail modern. “Bawang putih relatif stabil. Informasinya memang suplai dari China sudah lama,” kata Wahyu.
Wahyu memastikan Pemkot Malang dan TPID terus memantau perkembangan harga serta ketersediaan pasokan di lapangan untuk mengantisipasi lonjakan yang berpotensi memicu inflasi menjelang perayaan Nataru. (*)






