Jelang Puncak Banyuwangi Ethno Carnival, Kostum Bertema Ngelukat Mulai Dinilai

oleh -228 Dilihat
IMG 20250702 WA0018
Jelang Puncak Banyuwangi Ethno Carnival

KabarBaik.co – Sebanyak 80 peserta Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) menjalani proses penjurian kostum di depan Gesibu Blambangan, Rabu (2/7). Penjurian ini dilakukan untuk menilai kreativitas kostum dan kecakapan peserta dalam pemeragaan.

Kepala Bagian Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudar) Banyuwangi Ainur Rofiq mengatakan, rangkaian BEC akan digelar selama 10 – 13 Juli. Puncaknya adalah tanggal 12 Juli.

“Tanggal 12 Juli merupakan Grand Carnivalnya,” kata Rofiq.

Tema dalam BEC tahun ini adalah Ngelukat yang memiliki arti pembersihan jiwa. Rofiq menjelaskan, tema “Ngelukat” pada perhelatan BEC tahun ini merupakan sebuah bentuk tradisi pembersihan diri dalam budaya masyarakat Osing yang mulai jarang digunakan istilahnya.

Sehingga melalui event ini tradisi tersebut diangkat untuk kembali dikenalkan kepada generasi muda maupun khalayak luas melalui visual budaya dan kreativitas kostum.

“Ngelukat sudah sangat jarang digunakan istilahnya dalam masyarakat, sehingga kamu berupaya mengangkat tema ini untuk mengenalkan kembali tradisi suku osing ini kepada khalayak,” imbuhnya.

Setiap tahun tema selalu diperbarui untuk membuat kesan berbeda bagi wisatawan.

Oleh karenanya proses penjurian dilakukan untuk melihat kesiapan peserta sebelum tampil di panggung utama nantinya.

“Dalam penilaian ini peserta tentunya sudah siap mengenakan kostum 90 persen. Sisanya 10 persen disempurnakan lewat kurasi budayawan dan juri agar kostum tampil maksimal saat parade,” ujar Rofiq.

Menariknya, tahun ini juga diikuti oleh peserta internasional, termasuk warga negara asing yang akan mengenakan kostum bertema BEC sebagai bentuk keterlibatan global.

“Karena ini sudah masuk agenda event nasional, segmentasi kami upayakan lebih luas. Maka keterlibatan peserta dari luar negeri juga kami buka,” tambah Rofiq.

Salah satu hal menarik dalam gelaran BEC 2025 kali ini adalah keikutsertaan peserta disabilitas. Salah satunya Andini Larasati, guru SLB PGRI 3 Cluring. Meski memiliki keterbatasan pendengaran perempuan 20 tahun tersebut tampil percaya diri dalam balutan kostum “Selapan”.

Baginya, BEC bukan sekadar ajang karnaval, tetapi sebuah panggung berekspresi yang terbuka untuk siapa saja, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan.

“Saya senang sekali bisa ikut BEC. Ini pengalaman pertama saya tampil di depan banyak orang, dan saya merasa dihargai. Walau saya tidak bisa mendengar, saya ingin tunjukkan kalau saya juga bisa berkarya,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Ikhwan
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.