Jembatan Tua di Ujung Desa: Penghubung Dua Kampung, atau Dua Dunia?

oleh -151 Dilihat
jembatan tua

KabarBaik.co- Di sebuah desa kecil di pesisir selatan Yogyakarta, berdiri sebuah jembatan kayu tua yang membentang di atas sungai kecil. Meski kini ada jalan beton di sekitarnya, warga masih menaruh bunga dan menyalakan dupa di ujung jembatan setiap malam Jumat Kliwon. Jembatan itu disebut warga sebagai Jembatan Nduwur Urip, atau Jembatan Di Atas Kehidupan.

Tidak Pernah Rubuh, Tidak Pernah Sepi

Strukturnya sudah lapuk. Kayu sudah berubah warna dan berlumut, paku-paku tuanya berkarat. Tapi anehnya, jembatan itu tak pernah benar-benar roboh. Setiap kali angin kencang, pohon di sekitarnya bisa tumbang namun jembatan tetap berdiri. Jembatan itu dijaga oleh penunggu yang bukan sembarang makhluk: seorang ibu tua berpakaian kebaya lusuh, yang hanya terlihat oleh orang-orang yang sedang berada di ambang.

Kisah Orang yang Tersesat

Beberapa warga bercerita tentang orang yang pernah mencoba menyeberang saat malam tiba dan tersesat. Padahal jaraknya hanya 10 meter, tapi mereka mengaku berjalan selama berjam-jam dalam gelap, mendengar suara langkah kaki lain di belakang, atau suara tangisan anak kecil.

Penampakan di Tengah Jembatan

Beberapa pengendara motor yang iseng lewat mengaku melihat bayangan seseorang duduk di tengah jembatan. Ketika didekati, sosok itu melompat ke sungai tapi tak ada suara cipratan. Saat dicek, permukaan air tetap tenang.

Konon, jika kamu melewati jembatan itu sambil membawa hati yang tidak tenang dendam, niat jahat, atau kesedihan yang dalam penjaga jembatan akan menggandengmu, dan membuatmu lupa jalan pulang. Tak selamanya hilang, tapi sering kembali dalam keadaan linglung.

Jembatan tua di ujung desa ini, dengan segala keterbatasannya, terus bercerita. Ia adalah pengingat akan masa lalu, sebuah relik yang menghubungkan generasi, dan ironisnya, mungkin juga penghubung antara dunia modern yang serba cepat dengan dunia yang lebih sederhana dan penuh kenangan. Pertanyaannya, akankah jembatan ini terus dibiarkan dimakan usia, atau ada upaya untuk merawatnya sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah dan identitas kedua kampung? Hanya waktu yang akan menjawab.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Muhammad Rizqi Hidayah
Editor: Lilis Dewi


No More Posts Available.

No more pages to load.