Kampung Proklim Desa Suci Ditetapkan, Tiga Isu Jadi Penggerak Utama Transformasi Desa Kaki Argopuro

oleh -144 Dilihat
WADER PROKLIM
Pelepasliaran ikan endemik suaka sungai Desa Suci, Panti, Jember.

KabarBaik.co- Di kaki Pegunungan Argopuro yang sejuk, Desa Suci seolah sedang membuka lembaran baru. Laksana helai daun muda yang tumbuh setelah hujan pertama, desa ini resmi meneguhkan diri sebagai Kampung Proklim, sebuah gerakan yang memadukan kepedulian ekologis dengan harapan kesejahteraan masyarakat.

Melalui dukungan Fakultas Pertanian Universitas Jember (Faperta UNEJ) dan Kemendiktisaintek, Desa Suci memilih tiga suluh perubahan. Suaka sungai, zero waste village, dan pertanian berkelanjutan. Tiga isu ini bukan sekadar program, tetapi ibarat tiga akar utama yang diharapkan mampu menopang pohon masa depan desa.

Workshop yang digelar di Balai Desa Suci pada Senin (17/11) menjadi panggung kesepakatan perubahan tersebut. “Desa Suci dapat menjadi role model Kampung Proklim yang ideal,” terang pemateri Evi Lestari, yang juga anggota TP3D Jember.

Evi menggambarkan Desa Suci sebagai desa yang siap tumbuh menjadi contoh, bukan dengan langkah tergesa, tetapi dengan pijakan kuat pada kesadaran lingkungan.

Di Desa Suci, air bukan sekadar kebutuhan, melainkan nadi kehidupan. Sumber Suci, mata air yang mengawali aliran sungai desa, kini ditetapkan sebagai suaka sungai. Langkah ini menjadi komitmen untuk menjaga “urat nadi” desa dari polutan sampah.

Parmuji, penggagas Bank Sampah Larahan Makmur, menegaskan sungai harus tetap bersih. Sungai itu, lanjut dia, telah lama menjadi gelas air minum masyarakat dan talang air bagi sawah-sawah mereka. “Ini penting dan harus dijaga maksimal,” katanya.

Dari sisi konservasi, Prigi Arisandi dari Ecoton Foundation mengingatkan bahwa sungai kian rapuh oleh limbah popok dan pembalut sekali pakai, ibarat duri kecil yang perlahan melukai tubuh air. Zero waste village, menurutnya, bukan sekadar semboyan, melainkan perisai penting dalam menjaga kualitas sungai. Apalagi Peraturan Pemerintah (PP) 22/2021 secara tegas menyebut sungai harus nihil sampah.

Menghidupkan Tanah, Menguatkan Penghidupan

Dengan lebih dari 53 persen warganya hidup dari pertanian, Desa Suci memaknai Kampung Proklim sebagai peluang menyuburkan kembali tanah dan ekonomi. Ihsannudin, dosen Faperta UNEJ, menggambarkan teknologi pengolahan limbah pertanian “Bata Bolong” sebagai jembatan kecil menuju ladang yang lebih hijau.

Teknologi itu, lanjut dia, membantu petani mengubah limbah pertanian menjadi pupuk organik bernutrisi tinggi hanya dalam 30 hari. Cepat, murah, dan mudah. Seperti mengembalikan kesuburan tanah dengan napas baru, inovasi ini diharapkan membuka jalan menuju pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Sementara itu, kesepakatan suaka sungai diperkuat dengan penebaran benih ikan wader, spesies endemik sungai setempat, di aliran sepanjang 200 meter dari sumbernya. Wader ini menjadi semacam “kanari di tambang”, indikator alami kesehatan sungai. Jika ia lestari, sungai pun bernapas lega.

Dengan seluruh langkah tersebut, Desa Suci seolah menulis pesan untuk masa depan bahwa ekonomi mbois hanya mungkin jika alam dijaga, bahwa keberlanjutan bukan sekadar konsep melainkan kebiasaan baru. Desa Suci kini melangkah, perlahan namun pasti, menuju desa yang bukan saja hidup, tetapi menghidupkan. Lestari! (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Supardi


No More Posts Available.

No more pages to load.