KabarBaik.co – Kalangan pondok pesantren (ponpes) di Pasuruan turut bersuara atas hebohnya penayangan program Xpose di Trans7 yang dinilai melecehkan martabat ulama, khususnya kiai sepuh dari Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo Kediri.
Dimana cuplikan yang beredar luas di media sosial, narasi yang dibacakan dinilai tidak pantas. Terlebih karena menyebut tokoh agama dengan nada yang dianggap merendahkan.
Situasi ini membuat Gus Wildan, Pengasuh Ponpes Wahid Hasyim Bangil mengeluarkan kepemahaman dunia pesantren.
Ia menjelaskan bahwa sejarah pesantren, kiai, dan santri memiliki kontribusi besar dalam melawan penjajah salah satunya pada pertempuran 10 November.
Pesantren tidak hanya diajarkan ilmu agama, tetapi diajarkan juga tentang moral, etika, adab bersosial, kemandirian, memanage waktu. Tidak sedikit lulusan pesantren itu yang menjadi pengusaha, pejabat, menteri dan ada yang menjadi wakil presiden (KH. Ma’ruf Amin) dan presiden (KH. Abdurrahman Wahid/Gus Dur)
“Bukti keterlibatan dunia pesantren sudah terlihat dengan perjuangan hingga pemimpin bangsa, maka jangan sembarangan dalam mengartikan dunia pesantren,” kata Gus Wildan, Selasa (14/10).
Dirinya menambahkan boleh tidak suka dan tidak percaya tentang culture pesantren tapi jangan mencaci maki, atau menyudutkan pesantren, apalagi mendiskreditkan para guru atau kiai yang mendidik dan membimbing para santri.
“Kalau tidak suka jangan sembarangan ngomong dan mencaci maki pesantren, ini kultur pesantren mendidik para santri yang dilakukan dengan ilmu,” ucapnya.
Gus Wildan juga menyampaikan pola pendidikan pesantren mengajarkan bersosial, beradab dan menjunjung tinggi tata krama yang tidak diajarkan di dunia luar, justru di hujat dan di narasikan sebagai feodalisme. Sedangkan generasi muda di luaran yang sudah mulai menghilang budaya tata krama, dianggap biasa.
“Dunia pesantren sangat berbeda dengan luar yang bebas seperti yang dilakukan generasi muda diluaran, tata krama, beradab sangat dijunjung disini,” benernya.
Maka dari itu, lanjutnya, orang Indonesia semestinya melestarikan dan memegang teguh prinsip tata krama yang sudah menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Bukan meniru dunia barat yang tanpa aturan dan adab dalam kehidupan.
“Orang timur kita menjunjung tinggi nilai adab dan tata krama, jangan meniru dunia barat yang dianggap kita ketinggalan zaman namun sebaliknya,” pungkasnya.(*)