KabarBaik.co- Duka mendalam atas kecelakaan maut rombongan kru TV One di tol Pemalang, Jawa Tengah, terus mengalir. Dalam musibah tersebut, tiga korban meninggal dan dua orang terluka. Sebelum dimakamkam, Kamis (31/10) malam dua jenazah sempat dibawa ke Kantor TV One di kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur, untuk mendapatkan penghormatan terakhir dari para pimpinan dan rekan almarhum.
Berdasarkan pantauan siaran langsung TV One, dua jenazah korban kecelakaan maut yang dibawa dari Jawa Tengah ke Jakarta itu adalah Alwan Syahmidi dan Marwan. Jenazah tiba di Kantor TV One sekitar pukul 22.33 WIB. Dua peti jenazah itu kemudian dibawa masuk ke dalam Gedung TV One. Lantunan doa dan zikir terdengar.
Peti jenazah terlihat diselimuti bendera merah putih. Kedua jenazah kemudian disalatkan, lalu dilanjutkan dengan doa bersama. Tampak beberapa tokoh hadir untuk bertakziah. Di antaranya, Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Digital Prabu Revolusi. Selain itu, ada Presiden Direktur PT Visi Media Asia Group Anindya Novyan Bakrie, Wakil Presiden Direktur TV One Karni Ilyas, dan Pemimpin Redaksi TV One Lalu Mara Satriawangsa.
Dalam sambutan singkatnya, Karni Ilyas mengatakan tiga almarhum masing-masing Alwan, Marwan, dan Sunardi (driver) syahid. Sebab, ketiganya tidak hanya berpulang saat menjalankan tugas, melainkan juga mencari nafkah untuk keluarganya.
Setelah dari Kantor TV One, kedua jenazah dibawa ke rumah duka masing-masing untuk dimakamkam. Alwan beralamat di Joglo Raya Kembangan, Jakarta Barat. Sedangkan rumah duka Marwan, 51, di Perumahan Permata Cimanggis, Kecamatan Tapos, Kota Depok, Jawa Barat. Sementara itu, untuk jenazah Sunardi, 48, dari Jawa Tengah langsung diantar ke kampung halamannya di Magetan, Jawa Timur.
Seperti diberitakan sebelumnya, kecelakaan maut itu terjadi di tol Pemalang, Kamis (31/10), sekitar pukul 06.30 WIB. Kecelakaan di bahu jalan tol Pemalang tersebut melibatkan mobil Toyota Avanza yang memuat rombongan kru TV One dan truk boks ekpedisi Rosalia Ekspres. Dalam insiden ini, tiga orang tewas dan dua lainnya terluka. Dua korban luka adalah Felicia Amelinda dan Geigy Yudhistira. Keduanya menjalani perawatan di RS Ikhlas, Pemalang, Jawa Tengah.
Dari keterangan, saat kejadian mobil kru TV One sedang berhenti di bahu jalan tol Pemalang, tepatnya di 315-900. Kendaraan itu terpaksa berhenti karena kaca mobil agak kotor sehingga cukup menganggu pandangan sopir. Mereka pun menepi untuk membersihkan secara manual menggunakan air karena wiper mobil tidak bergerak. Saat itu, yang membersihkan kaca depan mobil itu adalah Sunardi. Adapun empat penumpang lainnya masih berada di dalam kendaraan.
Tiba-tiba, mobil kru TV One itu dihantam sangat keras dari arah belakang oleh truk boks ekspedisi bernopol AD 9287 NF. Akibat tabrakan itu, tiga korban meninggal di tempat kejadian dan dua orang terluka. Melihat kondisi mobil kru TV One, hantaman itu tampaknya sangat keras. Betapa tidak, bodi mobil nyaris tidak berbentuk. Ringsek-sek. Diduga kuat, kecelakaan itu terjadi lantaran sopir truk boks asal Boyolali itu mengalami tidur sesaat (microsleep).
Informasi yang dihimpun KabarBaik.co, rombongan kru TV One itu sejatinya hendak melakukan liputan investigasi Fakta ke Kabupaten Gresik, Jatim. Kabarnya, materi yang hendak dinvestigasi adalah kasus carok berdarah gara-gara berebut penguasaan lahan ‘’Pak Ogah’’, ’’Polisi Cepek’’ atau juga biasa disebut Supeltas (sukarelawan pengatur lalu lintas).
Perstiwa menggegerkan itu terjadi di Jalan Raya dr Wahidin Sudirohusodo, Desa Dahanrejo, Kecamatan Kebomas, pada Rabu (30/10) lalu, pukul 08.00 WIB. Dua lelaki terlibat duel dengan menggunakan senjata tajam. Yakni, Imron, warga asal Surabaya, melawan Rohman, warga Gresik.
Imron sudah menjalani pemeriksaan di kantor polisi. Sementara Rohman masih menjalani perawatan medis di RSUD Ibnu Sina Gresik. Rohman terluka setelah terkena sabetan celurit di beberapa bagian tubuhnya.
Imron bercerita, peristiwa itu dipicu rebutan lahan ’’Polisi Cepek’’ di titik putar balik, persis depan SPBU Kebomas (utara waduk Bunder) dekat TKP. Dia menyebut, dirinya lah yang membabat alas atau mengawali aktivitas Pak Ogah di lokasi lahan Supeltas tersebut. Penguasaan itu sudah berjalan sekitar 10 tahun hingga menjadi sumber sandang pangan untuk keluarganya.
“Sandang pangan, saya yang membabat alas di situ. Kok diusir saya? Sekalian sama ada pengancaman ke saya (dibunuh, Red),” cerita Imron saat ditemui di Polsek Kebomas.
Menurut Imron, lawannya tersebut ingin menguasai lahan yang selama ini menjadi tempatnya mencari nafkah. Diungkapkan, Rohman yang lebih dulu mendatanginya dengan membawa besi. Sementara Imron membawa celurit karena sudah ada pengancaman sebelumnya.
Meski sudah terlibat dalam duel berdarah itu, dia mengaku tidak menyesali perbuatannya. “Saya nggak menyesal, karena dia (Rohman, Red) sudah mengusik tempat saya mencari nafkah untuk keluarga,” pungkas pria berusia 51 tahun kelahiran Sampang, Madura ini. (*)