KabarBaik.co– Hingga Agustus 2025, Kabupaten Blitar mencatat capaian penting di sektor kesehatan. Tidak ada satupun ibu hamil maupun melahirkan yang meninggal dunia. Catatan ini menjadi sejarah positif, meski di baliknya pemerintah daerah masih harus berjibaku dengan tingginya angka kelahiran bayi prematur.
Subkoordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Etti Suryani, menyebut kondisi ini lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pada 2024 masih ada 13 kasus kematian ibu, tahun 2023 ada 6, sedangkan pada 2022 tercatat 17 kasus. Angka paling tinggi muncul pada 2021, masa pandemi Covid-19, hingga mencapai 69 kasus.
“Alhamdulillah tahun ini sampai Agustus belum ada kematian ibu. Harapannya tren ini bisa terus bertahan sampai akhir tahun,” ujarnya, Selasa (9/9).
Menurut Etti, capaian tersebut merupakan hasil kerja bersama lintas sektor. Mulai dari perbaikan layanan kesehatan, penyediaan fasilitas, peningkatan kemampuan tenaga medis, edukasi masyarakat, sampai penguatan sistem rujukan. Semua langkah itu disebut memberi dampak signifikan terhadap keselamatan ibu hamil.
“Ini kerja kolektif. Semua pihak ikut bergerak, bukan hanya dinkes. Dukungan lintas sektor sangat penting untuk menekan risiko kematian ibu,” kata Bu Etti.
Meski begitu, tantangan belum selesai. Kasus bayi prematur masih cukup tinggi. Setiap tahun ada sekitar 400 bayi lahir dengan berat di bawah 2.500 gram. Kondisi itu banyak dipengaruhi faktor risiko, di antaranya usia ibu terlalu muda atau tua, penyakit penyerta, hingga dampak pernikahan dini yang membuat kesehatan reproduksi ibu tidak optimal.
Tren kelahiran di Blitar sendiri menurun. Pada 2024 hanya tercatat 10.761 kelahiran, namun ratusan di antaranya bayi dengan berat badan rendah.
“Inilah pekerjaan rumah kami. Bayi prematur lebih rentan dan butuh perawatan intensif. Target ke depan, tidak hanya menekan angka kematian ibu, tetapi juga menurunkan jumlah bayi prematur,” pungkas Etti. (*)