KH. D. Zawawi Imron: Indonesia Tanah Surga, Sudah Sepantasnya Melahirkan Keindahan yang Mencerahkan Dunia

oleh -138 Dilihat
WhatsApp Image 2025 10 22 at 10.54.02
KH. D. Zawawi Imron memberikan karya lukisannya kepada Wali Kota Batu, Nurochman. (Foto: P. Priyono)

KabarBaik.co – Penyair dan budayawan terkemuka asal Madura, KH. D. Zawawi Imron, menyerukan pentingnya menumbuhkan kembali kesadaran akan nilai keindahan di tengah masyarakat Indonesia. Hal itu ia sampaikan saat menghadiri pameran kaligrafi Islam di Kota Batu.

“Cara yang menggetarkan untuk menemukan kembali sesuatu yang berharga dalam diri kita adalah keindahan. Dalam hadis disebutkan, Allah Maha Indah dan mencintai keindahan,” ujar Zawawi saat di pameran seni kaligrafi Islam di Balaikota Among Tani, Kota Batu, Rabu (22/10).

Penyair yang dikenal dengan julukan Si Celurit Emas ini menegaskan, Indonesia tidak memiliki hutang dalam hal keindahan karena negeri ini telah dianugerahi panorama alam yang luar biasa. Ia mengisahkan, pada 1964 silam, Rektor Universitas Al-Azhar Mesir, Prof. Mahfudz, datang ke Indonesia dan menyebut negeri ini sebagai potongan surga yang diturunkan Allah ke bumi.

“Sayangnya, ucapan seindah itu justru tidak diucapkan oleh orang Indonesia sendiri,” kata Zawawi. “Baru setelah itu kita menyanyikan lagu ‘Tanah Kita Tanah Surga.’ Padahal, keindahan negeri ini seharusnya disadari oleh kita sendiri.”

Menurutnya, bangsa Indonesia perlu melahirkan karya seni dan budaya yang mencerahkan dunia, sebagaimana nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila dan khazanah kebudayaan Nusantara. Ia mencontohkan kekayaan sastra Bugis yang melahirkan karya monumental La Galigo, yaitu salah satu karya sastra terpanjang di dunia.

“Orang Bugis mengajarkan, berpikirlah dengan hati yang jernih maka kemuliaan akan menyelimuti hatimu. Nilai seperti ini bisa menjadi pelita bagi bangsa kita,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Zawawi juga menyinggung makna spiritual di balik seni kaligrafi Islam. Menurutnya, kaligrafi bukan sekadar tulisan indah, melainkan pancaran zikir dan ketenteraman batin. Ia mengingatkan kisah Ibnu Muqolah, kaligrafer besar masa Abbasiyah, yang tetap menulis lafal Allah meski tangannya dipotong oleh penguasa.

“Raja-raja Abbasiyah boleh mati, tapi lafal Allah yang ditulis Ibnu Muqolah tetap hidup sampai sekarang,” tegasnya.

Zawawi turut memuji para seniman kaligrafi Indonesia, di antaranya Amang Rahman dari Surabaya yang dikenal dengan sapuan warna biru lembutnya, serta Saiful Haddana asal Minangkabau dengan gaya khasnya yang sederhana namun kuat. “Amang Rahman itu kalau menorehkan warna biru pada kanvas, birunya terasa seperti biru surga,” ungkapnya.

Ia berharap melalui kegiatan pameran kaligrafi di Kota Batu, semangat untuk menumbuhkan keindahan dan nilai religius dapat terus hidup di tengah masyarakat. “Batu itu kelihatannya diam, tapi diamnya memberi inspirasi,” katanya. “Semoga dari Batu ini, seni kaligrafi Islam tumbuh dan memberi kesejukan bagi bangsa.”

Zawawi menutup dengan kata-kata puitis yang memikat: “Kalau senyummu selalu mekar laksana bunga melati di hatiku, jangan larang aku tetap setia, hormat, dan rindu padamu. Dari Kota Batu, kita tersenyum.” (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: P. Priyono
Editor: Hairul Faisal


No More Posts Available.

No more pages to load.