KabarBaik.co – Menutup akhir tahun 2025, Taman Rekreasi Selecta menghadirkan inovasi wisata baru bertajuk Living Museum. Konsep ini memungkinkan wisatawan menikmati Walking Tour untuk menelusuri jejak sejarah Selecta yang telah berdiri sejak tahun 1928.
Terletak di kawasan pegunungan yang sejuk, Taman Rekreasi Selecta tidak hanya menyuguhkan keindahan alam, tetapi juga menyimpan nilai sejarah tinggi tentang semangat kerakyatan dan gotong royong warga dalam membangun ikon wisata legendaris di Kota Batu.
Marketing Communication (Markom) Taman Rekreasi Selecta Andi Ervan, mengatakan Walking Tour dimulai dari area depan Lobi Hotel Selecta, di mana bangunan awal yang didirikan oleh Fransiscus Reyter De Wildt, warga Belanda yang merupakan anak pengusaha pabrik gula di Banyumas.
“Fransiscus Reyter De Wildt adalah keturunan ke-13 dari keluarga De Wild. Ia ditangkap pada tahun 1943 dan diasingkan ke Bandung, lalu meninggal pada tahun 1945 di dalam tahanan,” terang Andi, Minggu (9/11), di Taman Rekreasi Selecta, Kota Batu.
Setelah dari lobi hotel, pengunjung diarahkan menuju Aula Hotel Selecta, tempat berbagai acara digelar sekaligus lokasi Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan PT Selecta. Saham perusahaan ini dimiliki oleh warga, khususnya masyarakat Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
“Setelah dibeli dari ahli waris keluarga De Wildt, sebanyak 47 warga menginisiasi pembangunan kembali Taman Rekreasi Selecta. Nama-nama mereka diabadikan di monumen pintu masuk,” tambahnya.
Perjalanan berlanjut ke kawasan Villa De Brandarice dan Villa Bima Shakti yang memiliki nilai historis kuat terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di area ini pula terdapat titik nol Selecta yang digagas langsung oleh Presiden Soekarno sebagai simbol lahirnya pariwisata modern di Indonesia.
“Dari titik nol Selecta, pengunjung bisa melihat salah satu sudut ruang di Villa Bima Shakti tempat Bung Karno berkontemplasi,” jelasnya.
Bangunan Villa Bima Shakti kini ditetapkan sebagai Cagar Budaya dan penggunaannya dibatasi. Di dalamnya masih tertata rapi meja dan kursi yang pernah digunakan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta saat menginap di Selecta pada tahun 1955.
Tour berlanjut ke kawasan Selecta Living Forest, hutan konservasi yang berfungsi sebagai penahan longsor sekaligus penyimpan air. Pohon cemara pinus yang tumbuh di kawasan ini merupakan identitas Selecta sejak masa De Wildt.
Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati keindahan Taman Lumut, yang disebut sebagai taman lumut terbesar kedua di Indonesia setelah Cibodas. Selain menjadi daya tarik visual, taman ini juga berfungsi sebagai bio-indicator kebersihan air di kawasan Selecta.
“Tidak mungkin lumut bisa tumbuh subur jika airnya tidak benar-benar bersih. Ini bukti bahwa air Selecta sehat dan alami,” ujarnya.
Puncak perjalanan Walking Tour berada di Zweembad, kolam renang legendaris Selecta yang airnya berasal langsung dari sumber mata air pegunungan. Kolam ini pernah direbut militer Jepang pada tahun 1942, lalu menjadi sasaran Operasi Militer Sekutu pada 1949 sebelum akhirnya dipugar oleh Santoso Tarno Atmodjo bersama 46 warga Tulungrejo pada tahun 1952 dan dioperasikan kembali di bawah nama NV Selecta.
“Kolam renang Selecta pernah digunakan untuk Kejuaraan Renang Dunia pada masa Hindia Belanda. Dokumentasinya masih tersimpan rapi di salah satu ruangan di Selecta,” pungkas Andi.
Dengan hadirnya Living Museum dan Walking Tour, Taman Rekreasi Selecta kini tak sekadar menjadi destinasi wisata alam, tetapi juga ruang hidup sejarah yang memperkaya wawasan pengunjung tentang perjalanan panjang pariwisata rakyat di Kota Batu.(*)






