Langkah Bupati Gresik Lindungi dan Menjamin Hak Anak PMI

oleh -233 Dilihat
088648d3 aa0d 4926 829e 654442cd42cf

KabarBaik.co – Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani tengah menyiapkan langkah dan menyusun kebijakan publik untuk melindungi anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) dari Gresik yang lahir di luar negeri, terutama dari pernikahan siri atau pernikahan secara agama.

Kebijakan ini mencakup pemulangan mereka ke Gresik setelah lulus sekolah dasar, agar mendapatkan hak pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial yang layak.

“Lulus SD, kita bawa pulang, lalu kita sekolahkan di Gresik. Anak pekerja migran tidak boleh jadi pekerja migran lagi. Hak mereka harus dipenuhi dan talentanya harus kita dorong,” tegas Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani saat Launching Desa Migran EMAS di Wahana Ekspresi Pusponegoro, baru-baru ini.

Pernyataan tersebut disampaikannya di hadapan Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI) sekaligus Kepala BP2MI Abdul Kadir Karding. Menurut Gus Yani, sapaan akrabnya, fenomena ini ditemukan saat kunjungan Pemkab Gresik ke Malaysia. Di sana, terdapat sekitar 4.000 anak yang lahir dari PMI hasil pernikahan agama.

“Kami kemarin sudah berkunjung ke Malaysia. Kami bertemu dengan Dubes Indonesia dan sedang menyusun public policy untuk perlindungan anak-anak pekerja migran,” ujar Gus Yani.

Ia menjelaskan, banyak anak PMI yang tak tercatat secara administrasi karena orang tuanya menikah secara agama akibat larangan menikah selama masa kontrak kerja di negara penempatan. Hal ini menyebabkan anak-anak tersebut sulit untuk memiliki akses ke pendidikan, jaminan kesehatan, sosial maupun hak-hak sipil lainnya yang layak.

“Orang tua mereka secara ekonomi sebenarnya mampu. Tapi anak-anak ini tak mendapatkan hak belajar, tak punya perlindungan kesehatan dan sosial. Ini jadi perhatian serius kita,” katanya.

Sebagai respons, Pemkab Gresik kini tengah melakukan riset kebijakan perlindungan terhadap anak-anak tersebut. Tujuannya adalah menyusun skema perlindungan yang konkret. Pemulangan ke Gresik usai SD menjadi pilihan strategis demi menjamin masa depan mereka.

“Tujuannya jelas. Anak pekerja migran jangan sampai jadi pekerja migran lagi. Jadi haknya kita penuhi dan kita dorong talentanya, agar lebih sukses dari orangtuanya,” tegas Gus Yani.

Dalam pemaparannya, Bupati Yani juga menyoroti bahwa wilayah utara Gresik merupakan kantong PMI terbesar. Berdasarkan data, dari 3.024 PMI asal Gresik, 76 persen di antaranya bekerja di Malaysia.

Rinciannya: 26 persen berasal dari Kecamatan Dukun, 18 persen dari Panceng, 14 persen dari Ujungpangkah, dan 12 persen dari Pulau Bawean. Wilayah lain seperti Manyar, Bungah, Sidayu, dan Pangkah juga mencatat angka tinggi.

Untuk menjawab tantangan global dan meningkatkan kualitas SDM migran, sejak dua tahun terakhir Pemkab Gresik telah membuka kelas pelatihan bahasa asing seperti Korea, Jepang, dan Jerman. Negara-negara tersebut, termasuk Australia, disebut sebagai pasar tenaga kerja yang memerlukan PMI berketerampilan tinggi.

“Minimal bisa bahasanya. Ini yang sedang kami dorong. Kita ingin tenaga kerja migran asal Gresik punya nilai tambah. Yang dibutuhkan dunia itu talenta,” ujar Gus Yani kepada para pelajar yang turut hadir dalam kegiatan tersebut.

Program Desa Migran EMAS (Edukatif, Maju, Aman, dan Sejahtera) yang diluncurkan hari itu juga menjadi upaya strategis Pemkab Gresik dalam membangun ekosistem migrasi yang aman, berkelanjutan, dan berorientasi pada keberlanjutan generasi.(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Muhammad Wildan Zaky
Editor: Andika DP


No More Posts Available.

No more pages to load.