KabarBaik.co – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan di Jombang tak hanya membawa manfaat bagi pemenuhan gizi anak sekolah. Program ini juga menimbulkan tantangan baru di sektor lingkungan, terutama soal pengelolaan sampah.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jombang kini tengah menyusun strategi untuk mengantisipasi potensi meningkatnya volume sampah dari dapur-dapur MBG yang tersebar di berbagai wilayah.
“Kami telah melakukan pemetaan awal terkait jenis dan jumlah sampah dari aktivitas dapur MBG. Hasil identifikasi awal kami lakukan di dua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Tambakberas,” ujar Sekretaris DLH Jombang, Amin Kurniawan, Rabu (8/10).
Menurut Amin, jenis sampah yang paling banyak dihasilkan adalah sisa bahan makanan dan kemasan anorganik.
DLH akan melakukan pendampingan teknis kepada pengelola SPPG dan sekolah untuk memastikan pengelolaan limbah berjalan sesuai standar.
Langkah-langkah yang disiapkan antara lain penerapan pemilahan sampah organik dan anorganik, penyusunan SOP pengelolaan bahan baku, hingga edukasi mengenai pengurangan limbah makanan (food waste management).
“Penting untuk membiasakan anak-anak makan tanpa sisa. Jadi tidak hanya pengelolaan di dapur, tapi juga pola konsumsi anak harus diedukasi sejak dini,” jelas Amin.
DLH juga mendorong adanya kerja sama antara SPPG dan unit pengelola sampah di tingkat desa guna memperkuat sistem pengumpulan dan pengolahan sampah makanan maupun kemasan.
“SPPG wajib menjalin kemitraan dengan pengelola sampah yang kompeten secara teknis,” tegasnya.
Menariknya, pengelolaan sampah ini juga akan berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Setiap dapur MBG nantinya akan dikenakan retribusi kebersihan, yang skemanya sedang dikaji DLH.
“Tarif retribusi kemungkinan akan disamakan dengan kategori restoran atau depot, karena volume dan jenis sampahnya serupa,” beber Amin.
Sejauh ini, dari total 174 dapur MBG yang direncanakan, baru 16 yang sudah beroperasi di Jombang. DLH menilai, pengawasan dan pengelolaan sampah harus diperketat seiring bertambahnya dapur aktif agar program gizi ini tidak berubah menjadi masalah lingkungan baru. (*)







