Lilin Menyan: Penuntun Arwah, atau Jejak Makhluk Tak Kasatmata?

oleh -110 Dilihat
lilin menyan

KabarBaik.co- Dalam tradisi kejawen, nyala api tak pernah dianggap sekadar cahaya. Apalagi jika ia berasal dari lilin menyan—lilin yang dibakar bersamaan dengan menyan putih atau hitam dalam prosesi spiritual. Aroma khas yang keluar darinya bukan cuma menenangkan, tetapi juga diyakini membuka gerbang antara alam manusia dan alam arwah.

Dalam upacara ruwatan, bersih desa, atau ritual pemanggilan leluhur, lilin menyan menjadi alat penting. Fungsinya bukan hanya sebagai penerang, tetapi juga sebagai penunjuk jalan bagi roh-roh yang diundang untuk hadir.

Namun, tak semua kemunculan bau menyan menandakan hal baik. Di berbagai wilayah Jawa Tengah dan Timur, munculnya aroma menyan di tempat yang gelap, sunyi, dan tanpa aktivitas spiritual dianggap sebagai pertanda bahwa ada entitas yang sedang berkelana atau bahkan tengah mengamati manusia.

Di Antara Doa dan Detak Jantung

Meski sebagian masyarakat modern menganggapnya sebagai warisan usang, lilin menyan tetap digunakan dalam banyak keluarga untuk perlindungan batin. Di malam Jumat Kliwon atau saat menjelang pergantian tahun Jawa, aroma menyan dipercaya dapat menangkal makhluk halus yang sedang keluar kandang.

Tapi tak jarang pula, bau menyan yang datang tiba-tiba membuat bulu kuduk berdiri. Terutama bila muncul saat tengah malam, dan tak ada satu pun lilin atau dupa yang menyala.

Antara Wewangian dan Isyarat Gaib

Lilin menyan bukan sekadar tradisi. Ia adalah simbol komunikasi halus antara manusia dan entitas lain. Di dalam cahaya redupnya, terselip doa, harap, dan kadang ketakutan. Apakah roh leluhur sedang memberi peringatan? Atau makhluk dari dimensi lain tengah menyampaikan pesan?

Dalam budaya Jawa, menyan adalah bahasa tak bersuara yang hanya bisa dipahami dengan rasa, bukan logika. Setiap bau yang menyeruak di keheningan malam bisa jadi lebih dari sekadar angin lewat. Mungkin ia adalah salam dari dunia tak kasatmata, yang mengajak kita untuk selalu mawas diri.

Karena ketika lilin menyan menyala, bukan hanya cahaya yang hadir. Tapi juga kemungkinan bahwa batas antara dunia dan akhirat sedang terbuka, meski hanya sejenak.

Selama nyala lilin menyan masih dijaga, dan aromanya masih mengepul dalam ritual dan doa, maka kepercayaan itu pun tak akan padam. Ia akan terus hidup dalam bisik-bisik malam, dalam hening yang tak terucap. Sebab dalam setiap bau yang datang tanpa wujud, mungkin ada pesan yang belum sempat tersampaikan—atau peringatan yang hanya bisa dipahami oleh hati yang peka.

Dan di situlah manusia Jawa berdiri: di antara terang dan gelap, di antara dunia nyata dan yang tak terlihat selalu berjaga, selalu merasa, bahwa hidup ini tak pernah benar-benar sendiri.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Muhammad Rizqi Hidayah
Editor: Lilis Dewi


No More Posts Available.

No more pages to load.