KabarBaik.co – Warga Kediri belakangan banyak bertanya-tanya: mengapa hujan masih kerap turun meski musim kemarau sudah dimulai? Menjawab hal ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dhoho Kediri memberi penjelasan lengkap bahwa fenomena ini bukanlah hal aneh, justru masih tergolong wajar secara ilmiah.
“Musim kemarau di Indonesia tidak identik dengan ketiadaan hujan. Yang membedakan hanya volume curah hujan bulanannya,” ujar Satria Krida Nugraha, Ketua Kelompok Meteorologi Publik BMKG Dhoho Kediri, Selasa (24/6).
Menurutnya, definisi musim kemarau adalah ketika jumlah curah hujan dalam satu bulan berada di bawah 150 milimeter. Artinya, meski sesekali turun hujan, tetap tidak mengubah status musim di wilayah tersebut.
Lebih lanjut, Rendy Lucky Hartanto selaku Prakirawan Cuaca BMKG Kediri menjelaskan bahwa hujan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir dipicu oleh faktor dinamika atmosfer, bukan pola musim.
“Ada gangguan cuaca bersifat lokal dan jangka pendek, seperti tekanan rendah dan gelombang atmosfer Rossby yang meningkatkan kelembapan. Ini menyebabkan awan hujan terbentuk,” jelas Rendy.
BMKG mengimbau masyarakat agar tidak cemas berlebihan. Berdasarkan data klimatologis 30 tahun terakhir, wilayah Kediri memang kerap mengalami hujan ringan di awal musim kemarau. Rata-rata curah hujan pada masa ini hanya sekitar 10 mm per bulan—jauh dari ambang batas musim hujan.
“Ini bukan anomali, melainkan bagian dari dinamika iklim tropis kita. Jadi, masyarakat tidak perlu menyebutnya ‘kemarau basah’ seolah itu sesuatu yang luar biasa,” tutur Satria.
Menariknya, BMKG juga mencatat bahwa kemarau 2025 berlangsung lebih singkat dibandingkan tahun lalu. Bila pada 2024 kemarau berlangsung hingga lima bulan lebih, tahun ini diprediksi hanya empat hingga lima bulan saja.
“Beberapa wilayah di Kediri, baik utara maupun selatan, bahkan mengalami kemarau yang lebih pendek satu bulan dari periode normal 1991–2020,” ungkap Rendy.
Puncak musim kemarau di Kediri diprediksi akan terjadi pada Agustus 2025, dengan intensitas hujan yang paling rendah dalam setahun. Selepas itu, hujan akan kembali meningkat seiring masuknya musim peralihan menuju hujan.
Sebagai penutup, BMKG mengajak masyarakat untuk tetap bijak menyikapi dinamika cuaca. “Cuaca memang kerap berubah cepat, tapi kita bisa tetap waspada tanpa perlu panik. Apalagi, informasi sudah bisa diakses dengan mudah melalui kanal resmi kami,” pungkas Satria.(*)