Menanti Kejutan Turki, Drama Cinta Berbalas Dendam

Editor: Hardy
oleh -487 Dilihat

OLEH: M. SHOLAHUDDIN*)

PENTAS bola akbar Benua Biru sudah hampir klimaks. Enam negara sudah menyegel kursi babak delapan besar. Selangkah lagi semifinal. Keenam negara itu Anda sudah tahu: Jerman, Spanyol, Portugal, Perancis, Inggris, dan Swiss. Dua kursi tersisa masih diperebutkan empat negara. Malam ini (2/7), pukul 23.00 WIB, Rumania melawan Belanda. Dan, dini hari (3/7) nanti, pukul 02.00 WIB, menyajikan laga Austria dengan Turki.

Selama ini, enam negara itu memang jago turnamen. Baik di Eropa maupun Piala Dunia. Apalagi Jerman. Kalaupun ada yang mengejutkan, Anda sudah tahu: Italia. Para pendukungnya pasti begitu gelo. Maklum, angkat koper lebih awal. Dikandaskan Swiss. Mungkin publik bola di negeri Spageti itu tengah riuh. Pun begitu medianya. Entah bagaimana nasib Luciano Spalletti, sang pelatih. Bertahan atau dipecat.

Bagi mereka, menonton lanjutan Piala Eropa 2024 pun terasa hambar. Bahkan, menganggap sudah selesai. Tidak menarik lagi. Berkali-kali, saya pun juga merasakan demikian. Kala Jerman kalah. Menonton kurang geregetnya. Terasa tidak ada setrum. Tidak dag-dig-dug, sesekali disertai umpatan atau pisuhan spontan. Setrum terasa begitu kuat lagi saat Timnas Indonesia berlaga. Baik di level Asia Tenggara, Asia, apalagi menuju Piala Dunia 2026.

Di laga malam, saya meyakini publik bola tanah air mayoritas menaruh hati ke Timnas Belanda. Kalau tidak percaya, coba survei saja. Salah satunya ada nilai kedekatan. Indonesia dan Belanda. Terlebih, timnas senior kita, cukup banyak menaturalisasi pemain berdarah campuran Negeri Kincir Angin.

Baca juga:  Hasil Grup C: Kompak Berbagi Poin, Eksperimen Inggris Diimbangi Denmark, Derbi Balkan Sengit

Karena itu, melawan Rumania malam ini, sebagian besar naga-naganya mengharapkan Belanda yang memenangkan pertandingan bukan? Sama. Kalaupun kalah, anggap saja sedang tidak beruntung. Toh, masih ada Piala Eropa dan Piala Dunia.

Yang menarik dan seru adalah pertandingan dini hari nanti. Turki melawan Austria. Menjagokan mana? Mungkin publik Indonesia lebih memiliki preferensi ke Turki. Nah, biar makin deg-degan, anggap saja menyaksikan laga itu seperti melihat serial drama Hercai. Bikin penasaran.

Anda sudah tahu, drama Turki itu begitu digemari. Selain karena jalan ceritanya tentang cinta berbalas dendam, juga karena kecantikan dan ketampanan pemeran utamanya. Ebru Sahin dan Akin Akinozu. Selain itu, latar tempat-tempat syutingnya. Eksotis. Turki pun menjadi salah satu destinasi wisata favorit warga Indonesia.

Selain dari Korea, drama Turki memang memiliki magnet di hati banyak masyarakat dunia. Termasuk Indonesia. Dari beberapa hasil riset, kabarnya jumlah pemirsanya lebih dari 400 juta dan menyebar sampai ke 100 negara.

***

Menuju Piala Eropa 2024, Timnas Turki juga diwarnai sejumlah drama menarik. Penuh kejutan. Sulit ditebak. Di antaranya, beberapa kali pemecatan pelatih. Mulai Patrick Kluivert, mantan legenda timnas Belanda. Lalu, terakhir Stefan Kunzt, pelatih asal Jerman. Gara-garanya unik. Mengkritik para pemain setelah tampil buruk dalam beberapa kali laga ujicoba.

Baca juga:  Portugal 2-1 Republik Ceko: Menang Susah Payah, Gol Telat Selamatkan Muka Seleccao

Dan, September 2023, mendatangkan Vincenzo Montella, yang Anda pasti tahu. Kini, nasib berat ada di Montella. Apakah dia sukses menjadi sutradara atau bernasib serupa dengan sejumlah pendahulanya? Apakah kiprah Montella  untuk Turki bisa jadi pelipur gundah warga negaranya?

Turki memang serius. Tidak main-main dengan sepak bola. Seserius Presiden Recep Tayyip Erdogan kala bercerita kegemarannya dengan si kulit bundar. Bukan hanya sekadar menonton, melainkan juga pernah menjadi pemain saat muda. Walaupun itu tingkat amatir. Ditarik jauh ke belakang, sejarah sepak bola Turki memang terentang begitu panjang. Sepanjang pergulatan dinamika politik di negeri Bulan Bintang itu.

Dalam beberapa dekade lalu, Turki setidaknya telah mencatatkan sejarah membanggakan. Yakni, ketika diarsiteki Senol Gunes. Di Piala Dunia 2002, Turki mengejutkan dunia dengan sukses menembus semifinal. Gagal ke final, namun berhasil meraih tempat ketiga. Salah seorang pemain legend, Anda mungkin sudah tahu, Hakan Sukur.

Lalu, di Piala Eropa 2008, saat dilatih Fatih Terim. Juga, sukses ke semifinal. Sayangnya, laju kakinya tersandung. Kalah dengan Timnas Jerman. Impian menuju final dan juara pun terkubur.

Baca juga:  Swiss 2-0 Italia: Kejutan...! Hajar Juara Bertahan, Begini Respon La Nati

Sejak itu, jalan Timnas Turki terantuk-antuk. Ceritanya, seperti sajian drama-dramanya. Atau seperti kisah drama Sang Legend, Hakan Sukur. Susah ditebak, terkadang mengejutkan.

Nah, apakah demikian juga nasib perjalanan Turki di Piala Eropa 2024 ini? Boleh jadi. Paling tidak, tanda-tanda awalnya ada. Lolos hingga ke fase 12 besar ini juga menjadi catatan manis. Semanis rupa Ebru Sahin.

Yang jelas, sekali lagi, menikmati laga Turki melawan Austria anggap saja seperti sedang menonton drama Hercai. Salah satunya amati sosok Arda Guler. Muda, rupawan, dan bertalenta. Lebih asyik mungkin sambil berdendang lagu Apalah Cinta, duet Ayu Ting Ting bersama Kerencem.

Menyaksikan laga cinta berbalas dendam. Dendam mengulang sukses di panggung olahraga semiliar umat. Kalah ataupun menang, cerita tentang Turki selalu menarik. Susah ditebak, penuh kejutan. Begitu pun hidup kita. Yang penting jangan lupa bahagia. Dengan menikmati drama dan bola di antaranya. (*)

—-

*) M. SHOLAHUDDIN, penulis dan penikmat bola tinggal di Gresik.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.