Menggagas Musrenbang Pemuda untuk Gresik Maju, Berdaya Saing Internasional

Editor: Hardy
oleh -188 Dilihat

OLEH: FAIZ ABDALLA*)

MEMBACA opini Eri Irawan di Jawa Pos, Selasa (25/6), sejujurnya sangat menarik. Yakni, geliat musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) anak muda di Kota Surabaya. Digambarkan Eri: From goverment for citizens to governing together, yang menjelaskan bagaimana Surabaya semakin maju karena kran teknokrasi dibuka dengan lebar. Khususnya, mendorong anak-anak muda berpartisipasi.

Secara khusus, Eri pun mengapresiasi cara yang digunakan Pemkot Surabaya. Yakni, dengan metode dialogis, dalam forum yang terbilang informal, tapi tetap serius. Baik Wali Kota Eri Cahyadi, Wakil Wali Kota Armuji, dan ketua DPRD Surabaya bahkan lebih banyak untuk mendengarkan. Baru setelah semua usulan disampaikan, pemerintah langsung memberi jawaban dan solusi praktis.

Cara ini, disebut Eri memang agak lain. Khususnya, secara diametral. Karena di kabupaten/kota lain, biasanya diadakan di tingkat kabupaten/kota. Adapun Surabaya, Wali Kota, Wakil Wali Kota, dan ketua DPRD langsung turun ke kelurahan atau kecamatan. Dengan begitu, topik usulan dan pembahasan relatif lebih terfokus dan terlokalisir sesuai wilayah bersangkutan.

Bagaimana dengan Gresik?

Gresik relatif belum ada. Sudah ada Musrenbang Anak, Perempuan, tapi belum ada khusus pemuda. Sehingga, pemuda harus melalui jalur Musrenbang regular, yang biasa mulai diadakan di tingkat desa. Ketika pemuda ingin berpartisipasi teknokratis, maka akan bercampur baur dengan segmen lain. Tidak ada kran atau saluran khusus yang afirmatif.

Baca juga:  DPMPTSP Gresik Optimistis Capai Target Investasi 2024

Sudah banyak memang desa yang mengakomodasi usulan pembangunan yang berpihak ke anak muda. Usulan itu pun telah terkonfirmasi sampai ke tingkat kabupaten. Tapi, tidak sedikit juga kepentingan anak muda yang belum teragregasi dalam rencana pembangunan. Boleh jadi karena terkooptasi oleh kepentingan stake holder pembangunan yang lebih mapan, seperti pemerintah desa, BPD, atau PKK. Atau, bisa juga karena kurangnya literasi teknokratis di anak-anak muda. Sehingga kurang pembacaan terhadap arah pembangunan desa dan daerah.

Dalam praktik, anak-anak muda di desa lebih banyak dilibatkan dalam kegiatan keolahragaan atau kegiatan jangka pendek bersifat tahunan, misal operator lomba Agustusan, PHBN, dan sejenisnya.

Tidak semua desa memang, tapi kebanyakan masih seperti itu. Padahal, tentu lebih dari itu seharusnya yang bisa diharapkan dari anak muda. Dengan dominasi demografi penduduk berpendidikan, nalar dan kritis anak muda tentu diharapkan memperkuat perencanaan partisipatif.

Karena itu, Musrenbang Pemuda sudah seharusnya mulai diintrodusir di Kabupaten Gresik. Baik dengan menggunakan pendekatan Surabaya, atau seperti umumnya di kabupaten/kota lain. Tapi, menurut hemat penulis, karena secara sosiologis serta struktur pemerintahan berbeda, baiknya Gresik menggunakan pola diametral berbeda dengan Surabaya, hanya perlu ada beberapa modifikasi.

Pertama, pendekatan deduktif. Artinya, Musrenbang Pemuda ini diadakan langsung tingkat kabupaten. Poin terpentingnya adalah bagaimana agar pemuda terbangun literasi pembangunannya.

Kepala daerah memaparkan proyeksi dan strategi pembangunan daerah secara khusus di hadapan anak-anak muda. Dengan demikian, anak-anak muda merasa diajak bicara, terkonfirmasi diakui sebagai subyek pembangunan. Anak-anak muda harus mulai paham dan mengerti tentang tematik prioritas, kompilasi peraturan untuk pemberdayaan, pilar-pilar kesejahteraan sosial, hingga dasar-dasar teknis dan sirkular teknokratis.

Baca juga:  Curi Tembaga Perusahaan, Sopir di Gresik Ditangkap

Melalui forum itu, akan terbangun koneksi antarpemuda. Mulai dari pemuda Bawean, Gresik utara, tengah, kota, hingga selatan. Mereka akan bertukar pengalaman dan gagasan. Setelah itu terbangun collective understanding. Paparan rancangan teknokratis kepala daerah, serta interaksi kritis sesama anak-anak muda di dalam forum, tentu akan menjadi bekal literasi teknokratis berarti. Imajinasi pembangunan mereka akan terangsang sehingga partipasi mereka akan jauh lebih terukur.

Kedua, pendekatan IDM (Indeks Desa Membangun). Akan muncul pertanyaan, apakah semua desa dan kelurahan diundang dalam satu forum? Dengan jumlah total sekitar 360 desa dan kelurahan se-Kabupaten Gresik, tentu bukan sebuah hal mudah mengorganisasinya dalam satu acara. Agar tetap efektif dan punya target, pendekatan stratified mungkin bisa jadi opsi. Yakni, hanya dipilih 5 desa untuk per kecamatan. Apa yang digunakan sebagai indikator? Yaitu Indeks Desa Membangun.

Lima desa dengan IDM tertinggi tersebut, mewakili kecamatan dalam Musrenbang Pemuda. Mereka akan dibina, difasilitasi, untuk membuat usulan program prioritas sesuai tematik pembangunan daerah.

Usulan-usulan akan dipresentasikan, dan sepuluh usulan terbaik, akan berhak mendapatkan alokasi top down  Bantuan Keuangan (BK) dari pemkab. Misalnya,  per usulan senilai Rp 300 juta, maka hanya butuh alokasi Rp 3 miliar untuk memantik ide-ide kreatif serta mewadahi pemuda terlibat secara konstruktif dalam pembangunan.

Baca juga:  Urgensi Verifikasi Media, Dewan Pers: Agar Publik Dapat Berita Berkualitas dan Tepercaya

Usulan-usulan tersebut akan lebih diorientasikan untuk pemanfaatan aset-aset daerah atau desa guna menciptakan ekonomi pemberdayaan. Misal, kafe tematik desa, budidaya sayur organik, atau taman hutan desa untuk soft sport tourism.

Dengan begitu, isu ketenagakerjaan di Gresik tidak hanya berputar-putar saja dalam artian formal. Tapi, juga mulai memikirkan ide-ide perluasan kesempatan kerja. Baik melalui upaya padat karya, teknologi tepat guna, atau ekonomi kreatif digital. Salah satunya, dengan memberdayakan pemuda melalui kegiatan afirmatif, yakni Musrenbang Pemuda.

Beberapa teknis, tentu masih bersifat opsional. Akan dibutuhkan kajian lebih lanjut. Misalnya, perihal pola stratified, pagu usulan, dan beberapa teknis lainnya. Tapi secara prinsip, sudah seperti yang dinarasikan di atas.

Usulannya pun tidak terbatas untuk locus desa., melainkan juga bisa berupa usulan integratif pembangunan daerah. Sebut saja, perihal creative hub, coworking space, atau konsorsium pengelolaan kota heritage Bandar Grissee.

Untuk Gresik Maju, Berdaya Saing Internasional. (*)

—-

*) FAIZ ABDALLA, ketua Karang Taruna Kabupaten Gresik 2022., juara 1 Karang Taruna Berprestasi Provinsi Jawa Timur 2022., tinggal di Kediri

 

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.