KabarBaik.co- Berlabuhku di pantai indah hatimu. Terkurungku di damai putih cintamu. Duka sirnalah duka. Suka terbalut cinta. Usai sudah sendiriku. Menangisku di pelukanmu…
Jika Anda familiar dengan lirik lagu itu, pasti umur Anda tidak seusia Kaesang. Namun, sudah beranjak tua. Sebab, lagu berjudul Cinta itu dirilis pada 1996 silam. Sudah 28 tahun. Sedangkan Kaesang, baru berumur 29 tahun. Artinya, saat lagu itu dirilis Kaesang baru berumur 1 tahun.
Penyanyinya, duet Anang dan Krisdayanti (KD). Dulu, lagu itu begitu hits. Meledak. Kasetnya laku jutaan keping. Menjadi salah satu lagu teromantis. Di masa itu. Mungkin kini setara dengan Yura Yunita. Tidak bisa, Yura!
Menyimak refferennya, betapa romatisnya: Cintaku menyatu balut kasihmu. Cintaku cintamu tak akan pudar. Untuk selamanya
Kalaupun belakangan Anang dan KD berpisah, itu urusan lain. Takdir. Namun, narasi dan diksi kalimatnya, rasanya tak lekang ditelan zaman. Khas muda-mudi kasmaran. Seolah dunia milik berdua. Yang lain kontrak.
Kini, nama KD kembali happening lagi. Jadi buah bibir, setelah dicalonkan sebagai Wali Kota Batu. Tempat asalnya. Beberapa dari kita, pasti mengetahui rumahnya. Yang persis di pinggir jalan utama itu. Bercat putih. Setiap melintas di depannya, terkadang selalu ada teman memberitahukan: ‘’Ini lho rumah KD dan Yuni Sara.’’
Di Pemilu 2024 lalu, KD kandas. Gagal melenggang lagi ke Gedung Senayan. Di Dapil Malang Raya, PDI Perjuangan cuma meraih dua kursi DPR RI. Yang berhak melenggang Ahmad Basarah dan Andreas Eddy Susetyo. Dua kader senior banteng moncong putih.
Andai PDIP dapat tiga kursi seperti Pemilu 2019 silam, KD yang berhak menempati kursi ketiga itu. Sebab, suara KD di urutan ketiga. Basarah memperoleh 89.769 suara dan Andreas Eddy Susetyo 81.017 suara. Sedangkan KD mendulang 70.082 suara. Selisih suara relatif tidak banyak sebetulnya. Namun, itulah politik dan mungkin juga takdir.
Kini, KD mendapat tugas baru. Menjadi calon Wali Kota Batu. Di Kota Apel ini, dari 30 kursi DPRD, PDIP mendapat 6 kursi. Menjadi pemenang. Cuma kursinya sama dengan yang diraih PKB. Di bawahnya, PKS 5 kursi, Golkar dan Gerindra masing-masing 4 kursi. Lalu, Nasdem dan PAN masing-masing 2 kursi, dan Demokrat 1 kursi.
Sebagai parpol pemenang, tentu menjadi modal tersendiri bagi KD. Namun, untuk meraih kemenangan tentu tidak mudah. Banyak parpol menang di Pemilu, namun kalah di kontestasi Pilkada. Banyak faktor. Menang dalam beberapa lembaga survei pun, boleh jadi kalah dalam di hilirnya. Tidak sedikit pula kejadian demikian.
Untuk menang di Pilkada Batu, sebetulnya relatif tidak butuh banyak suara. Berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang diumumkan KPU Kota Batu, di Pilkada 2024 hanya 166.998 pemilih. Anggap saja, tingkat partisipasi atau warga yang datang ke TPS nanti 80 persen, maka jumlah pemilih 133 ribu orang. Untuk menang, mesti meraih 50 persen lebih satu suara atau berkisar 67 ribu suara. Itu kalau calonnya dua. Kalau lebih dari dua, jumlah suara yang dibutuhkan lebih sedikit lagi.
Bagi generasi Baby Boomer yang lahir tahun 1946-1964 dan Gen X (1965-1980), popularitas KD mungkin unggul. Jumlah pemilih Baby Boomer sebanyak 25.220 orang (15 persen). Sedangkan Gen X mencapai 48.139 pemilih (29 persen). Totalnya hanya 44 persen. Pemilih lansia atau pre Boomer hanya 2 persen (2.734 orang).
Nah, proporsi itu menjadi tantangan tersendiri bagi KD untuk dapat meraih simpati. Tentu bukan hanya sekadar bermodal popularitas. Menjadi seorang kepala daerah, tentu sangat berbeda dengan panggung selebritas. Apalagi sekelas Kota Batu. Yang selama ini menjadi salah satu etalase penting pariwisata di Jawa Timur. Bahkan, Indonesia.
Terlepas KD atau siapa yang kelak terpilih menjadi Wali Kota, Batu mesti terkelola lebih maju. Tidak seperti batu yang membatu, dalam makna sesusungguhnya.
Berdasarkan data, jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Batu pada 2023 tembus di angka 10 juta orang. Naik 2 juta wisatawan dibandingkan 2022. Rincian kunjungan pada sektor daya tarik wisata sebanyak 7.096.188 wisatawan, dan kunjungan pada jasa akomodasi 944.999 wisatawan. (*)






