Merespons Menkes Budi Sadikin soal Dokter Asing, Dicopot sebagai Dekan FK Unair, Ini Sosok Lengkap Prof Budi Santoso

Editor: Hardy
oleh -480 Dilihat
Flyer ucapan selamat dan sukses kepada Prof Budi Santoso setelah dilantik menjadi dekan FK Unair yang diunggah di akun IG Unair pada 30 September 2020.

KabarBaik.co- Prof Budi Santoso dilantik sebagai dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unair pada 30 September 2020. Sejatinya, masa tugas guru besar asal Banyuwangi itu hingga 2025. Namun, Prof Bus—panggilan akrabnya—diganti sebelum masa tugas itu berakhir.

Kabar yang beredar, pencopotan Prof Bus itu disebut-sebut sebagai buntut pernyataannya di media. Dia tidak sependapat dengan rencana kehadiran dokter asing di Indonesia. Sebelumnya, kebijakan rencana impor dokter asing itu telah mengemuka disampaikan di sejumlah media oleh Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin.

Dilansir dari sejumlah media, program dokter asing itu telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Di dalamnya antara lain mengatur persyaratan dan batasan bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan Warga Negara Asing (WNA) yang ingin berpraktik di Indonesia.

Nah, Menkes menyebut, misi dari program tersebut adalah menyelamatkan sekitar 12.000 nyawa bayi per tahun yang berisiko meninggal akibat kelainan jantung bawaan. Kemampuan dokter di Indonesia untuk melakukan operasi jantung baru berkisar 6.000 pasien per tahun. Penanganan kelainan jantung bawaan memerlukan tindakan operasi yang cepat.

’’Enam ribu bayi ini kalau tidak tertangani memiliki risiko tinggi untuk meninggal. Kalau kita tunggu, risikonya makin tinggi,” pernyataan Menkes seperti dilansir dari laman Tempo (4/7).

Sementara itu, informasi pemberhentian Prof Bus berawal dari beredarnya pesan di Grup WhatsApp Dosen FK Unair, pada Rabu (3/7) kemarin. Dalam WA itu, Prof Bus sedianya berpamitan. “Per hari ini saya diberhentikan sebagai Dekan FK Unair. Saya menerima dengan lapang dada dan ikhlas. Mohon maaf selama saya memimpin FK Unair ada salah dan khilaf, mari terus kita perjuangkan FK Unair tercinta untuk terus maju dan berkembang,’’ tulisnya seperti pesan yang beredar.

Sejumlah awak media pun mengkonfirmasinya. Prof Bus tidak menampik bahwa pernyataan itu tulisannya. Dia menyebut, pesan di grup WA itu sebagai bentuk kewajibannya berpamitan dengan para dosen maupun senior. Dia juga membenarkan pemberhentian itu terkait dengan soal dokter asing. Ada perbedaan pendapat antara dirinya dengan pimpinan Unair.

Baca juga:  Kejati Jatim dan Pascasarjana Unair Jalin Kerjasama Pengembangan SDM

’’Karena rektor pimpinan saya, dan saya ada perbedaan pendapat, dan saya dinyatakan berbeda, ya keputusan beliau ya diterima. Tapi, kalau menyuarakan hati nurani, saya pikir kalau semua dokter ditanya, apa rela ada dokter asing? Saya yakin jawabannya tidak,” katanya.

Data yang dihimpun KabarBaik.co, sebelumnya Prof Bus dipanggil Rektorat Unair pada Senin (1/7). Pemanggilan itu untuk mengklarifikasi pernyataannya tentang penolakan program dokter asing yang disampaikan kepada wartawan di Surabaya, Kamis (27/6) lalu.

Inti pernyataannya, Prof Bus idak setuju dengan program dokter asing di Indonesia. Baik pribadi maupun institusinya, FK Unair. Prof Bus meyakini, sebanyak 92 FK di Indonesia mampu meluluskan dokter-dokter berkualitas. Bahkan, kualitasnya tidak kalah dengan dokter-dokter asing.

Di bagian lain, pihak Unair melalui Ketua Pusat Komunikasi dan Informasi Publik (PKIP) Martha Kurnia Kusumawardani menjelaskan, pemberhentian Prof Budi Santoso dari jabatan dekan FK itu merupakan kebijakan internal.

’’Pertimbangan pimpinan Universitas Airlangga, (pemberhentian) ini adalah kebijakan internal untuk menerapkan tata kelola yang lebih baik guna penguatan kelembagaan, khususnya di lingkungan FK Unair,” ucapnya seperti keterangan yang beredar di kalangan awak media.

Martha mengatakan, segenap civitas akademika Unair mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Prof Bus atas pengabdiannya selama mengemban jabatan dekan tersebut. Pihaknya juga menaruh harapan agar FK Unair dapat menjadi fakultas kedokteran yang mampu berkontrribusi positif bagi bangsa dan negara.

Sosok Prof Budi Santoso

Dikutip dari buku Jejak Langkah Ksatria Airlangga, Prof Bus merupakan salah satu di antara deretan nama pakar obgin (obstetri & ginekologi) di Jawa Timur. Dia bukan hanya ahli kandungan, tapi juga pendidik dengan jabatan wakil dekan (Wadek) III FK Unair, sebelum menjadi dekan sejak September 2020.

Baca juga:  Fakultas Baru di Unair Ini Makin Banyak Diminati Calon Mahasiswa

Sebagai akademisi, Prof Bus aktif melakukan sejumlah penelitian. Ayah tiga anak itu bertekad mengabdikan ilmunya untuk masyarakat. Di kalangan mahasiswa, Prof Bus dikenal sebagai dosen yang inspiratif. Selain tugasnya sebagai dokter dan mengajar, dia berhasil mengembangkan potensi yang dimilikinya, yaitu entrepreneur.

Prof Bus dan beberapa koleganya sukses mengembangkan sejumlah rumah sakit ibu dan anak (RSIA) di Surabaya. Misalnya, RSIA Kendangsari dan RSIA MERR. Dalam kuliah inspiratif yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FK Unair pada Mei, Prof Bus mengatakan sudah belajar bisnis ketika menjadi mahasiswa.

Prof Bus berjualan pakaian. Dia kulakan pakaian di Surabaya, lalu menjualnya ke Banyuwangi, tempat asalnya. Malam pergi ke Banyuwangi naik angkutan umum. Pagi hari, harus sudah di Surabaya untuk kuliah. Dia mengakui memang capek. Tapi, kata Prof Bus, untuk sukses memang harus mau capek.

Seperti umumnya dokter, suami Dra Elmi Mufidah Apt MKes itu menjalani  wajib kerja sarjana (WKS) setelah lulus FK Unair pada 1989. Dia bertugas di RS Muhammadiyah, Babat, Lamongan. Setahun kemudian diangkat sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Dia ditugaskan ke Puskesmas Sambelia, Lombok Timur, NTB.

Di wilayah terpencil itu, dia menemui banyak kasus kawin cerai. Terutama jika musim panen. Faktor itulah yang secara langsung atau tidak, membuat kebahagiaan anak terganggu. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi sangat tinggi. Penyebabnya banyak. Mulai keterlambatan diagnosis hingga keterlambatan merujuk ke rumah sakit karena terbentur minimnya sarana transportasi.

Beberapa fakta itulah yang mendorongnya untuk mendalami spesialis obstetri & ginekologi sekembalinya ke Surabaya. Dia lulus sebagai dokter spesialis pada 30 November 1998.

Baca juga:  434 Mahasiswa Unair Jalani Belajar Bersama Kelompok di Lamongan, Pak Yes Titip Program Prioritas

Bersamaan dengan kelulusannya itu ada kebijakan WKS II. Dia ditugaskan ke kampung halamannya, Banyuwangi, sebagai dokter spesialis di RSU pada 1999. Dua tahun di Banyuwangi, dia ditarik ke RSUD Dr Soetomo sekaligus ke FK Unair.

Menjadi dokter merupakan cita-cita Prof Bus sejak kecil. Obsesinya semakin kuat karena di desa kelahirannya, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, angka kematian ibu saat itu masih tinggi. Karena tekadnya yang besar untuk menjadi dokter, Prof Bus rela meninggalkan Banyuwangi. Dia melanjutkan studi di SMAN 3 Malang.

Orang tua Prof Bus seorang petani dan pedagang kecil di desa. Namun, kedua orang tuanya itu sangat mendukung cita-cita anaknya. Mereka mendorong Bus agar bisa sekolah ’’modern’’ dan ’’berbau kota’’. Apalagi, kakaknya juga kuliah di Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, Malang. Keinginan Prof Bus terjawab. Ia diterima di FK Unair melalui jalur Perintis, seleksi penerimaan mahasiswa baru PTN saat itu.

Dia sengaja memilih FK Unair karena sudah memiliki nama. Biaya kuliah di PTN juga relatif tidak mahal. Waktu itu, tanpa uang sumbangan. SPP, kini disebut Uang Kuliah Tunggal (UKT), hanya Rp 32 ribu per semester (atau 6 bulan).

Pria penghobi membaca ini tak hanya menghabiskan hari-harinya di bangku kuliah. Dia juga terlibat di beberapa kegiatan mahasiswa. Mulai senat mahasiswa sebagai wakil ketua, hingga Sekjen Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran (ISMK).

Ketelibatannya di organisasi kemahasiswaan menggembleng dirinya. Mulai kemampuan berkomunikasi, manajemen konflik, dan soft skill lain. Selain itu, dia masih sempat mengajarkan Matematika di Lembaga Bimbingan Nelajar (LBB) Technos di kawasan Kertajaya. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.