Miris! Hutan Wonosalam Jombang Jadi Tempat Sampah Ilegal Orang Luar Dusun, Warga Setempat Geram

oleh -348 Dilihat
a630735f fbef 46f0 b49f 1c335a029b8e
Penampakan tumpukan sampah yang di buang oleh orang yang tidak bertanggung jawab. (Foto: Teguh)

KabarBaik.co – Pemandangan memprihatinkan terlihat di kawasan hutan Dusun Notorejo, Desa Wonosalam, Kecamatan Wonosalam, Jombang.

Alih-alih menjadi sumber kehidupan, hutan yang berada di wilayah Kesatuan Resort Pemangkuan Hutan (KRPH) Wonosalam, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Jombang ini justru dijadikan tempat pembuangan sampah ilegal oleh oknum masyarakat dari luar dusun.

Slogan “Buanglah Sampah Pada Tempatnya” seolah tak bertaring bagi para pelaku yang dengan seenaknya membuang berbagai jenis sampah di kawasan hutan tersebut. Tumpukan sampah yang menumpuk merusak pemandangan dan menimbulkan keresahan bagi warga setempat.

Rukanah, 55 tahun, seorang warga RT 3 Dusun Notorejo, tak bisa menyembunyikan kekecewaannya.

“Seharusnya hutan itu dijaga, bukan malah dikotori dengan sampah. Pemandangannya jadi jelek dan tidak pantas dilihat,” ujarnya dengan nada kesal, pada Rabu (23/4).

Kawasan hutan ini sendiri merupakan jalur penghubung antara Kecamatan Wonosalam dengan Desa Jenis Gelaran, Kecamatan Bareng.

Selain pepohonan kayu seperti pinus dan bambu, lahan hutan ini juga dimanfaatkan oleh petani setempat sebagai lahan garapan tanaman kopi.

Sutrisno, 49 tahun, seorang pesanggem (petani penggarap lahan Perhutani) yang telah 10 tahun menggarap lahan seluas seperempat hektare di kawasan tersebut, mengaku sedih dan kecewa.

“Tanah yang saya garap jadi kotor karena sampah ini. Kalau mau ditanami juga jadi jelek kesuburannya. Sudah tiga tahun sampah ini ada dan terus bertambah. Saya tidak bisa berbuat banyak karena ini bukan tanah saya,” ungkap petani kopi excelsa ini dengan nada pasrah. Ia berharap agar kawasan hutan tersebut tidak lagi dijadikan tempat sampah.

Kekecewaan serupa juga diutarakan oleh Juriyanto, warga Dusun Notorejo lainnya. Ia menilai tindakan oknum pembuang sampah ini mencerminkan ketidakpedulian terhadap lingkungan.

“Dampaknya jelas lingkungan jadi kotor dan tidak nyaman. Hampir semua yang buang sampah itu dari luar dusun Notorejo.

“Mereka biasanya buang sampah sore atau pagi saat mau pergi ke Bareng. Sampahnya macam-macam, ada pampers, bekas makanan, botol minuman, kardus, sampai kantong kresek,” bebernya.

Menanggapi permasalahan ini, Jaiyono, Ketua RW 05 Dusun Notorejo, menjelaskan bahwa sebagian orang beranggapan hutan yang lokasinya agak jauh dari pemukiman (sekitar 100 meter) dianggap sebagai tempat yang “pantas” untuk membuang sampah.

“Padahal, meskipun jauh dari pemukiman, tumpukan sampah tetap menimbulkan pencemaran, terutama bau. Harapan saya, program tempat pembuangan sampah di Wonosalam, khususnya untuk Dusun Notorejo, bisa segera terealisasi,” tegasnya.

Warga seperti Rukanah dan Juriyanto berharap agar hutan Notorejo kembali bersih dari sampah. Mereka juga menantikan realisasi program pengelolaan sampah di dusun mereka.

“Sudah ada pembicaraan soal tarif Rp 10.000 per bulan untuk biaya pengangkutan sampah, tapi sampai sekarang belum berjalan,” kata Rukanah.

Keresahan warga Notorejo ini menjadi potret buram pengelolaan sampah di daerah pedesaan. Mereka berharap pihak terkait segera mengambil tindakan tegas agar hutan yang seharusnya menjadi paru-paru lingkungan tidak terus menerus dicemari oleh sampah ilegal.(*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Teguh Setiawan
Editor: Andika DP


No More Posts Available.

No more pages to load.