Misteri Kamar 105: Serba Hitam di Balik Kematian Diplomat Kemenlu Arya Daru

oleh -604 Dilihat
ARYA DIPLOMAT2
Arya Daru Pangayunan semasa hidup (Foto Repro Linkedin)

KabarBaik.co – Kematian mendadak diplomat muda Kementerian Luar Negeri, Arya Daru Pangayunan, 39, terus menyisakan teka-teki dan memicu spekulasi. Ditemukan tewas dengan kondisi kepala terlilit lakban di kamar kos nomor 105 di Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa (8/7) lalu, kasus ini kini diambil alih oleh Polda Metro Jaya. Namun, di tengah penyelidikan polisi yang masih bergulir, mantan pimpinan KPK, Bambang Widjojanto, menduga bahwa kematian Arya Daru bukan kasus bunuh diri, melainkan ada kemungkinan pembunuhan yang menyimpan pesan terselubung. Demikian juga Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan TB Hasanuddin.

Rekaman CCTV dari kos korban sempat merekam aktivitas Arya Daru pada malam sebelum korban ditemukan tak bernyawa. Pada pukul 23.24 WIB, ia terlihat keluar kamar membawa kantong kresek hitam, lalu kembali masuk tanpa kantong tersebut. Pada aktivitas itu, Arya terlihat mengenakan pakaian serba hitam seolah menjadi penanda tersendiri bahwa malam gelap dan terakhir baginya akan terjadi.

Esoknya, rekaman CCTV kedua memperlihatkan detik-detik penjaga kos menemukan jasadnya setelah berhasil membuka paksa jendela dan pintu kamar. Meskipun polisi menyatakan tidak ada tanda kekerasan dan barang hilang, serta Arya Daru diketahui memiliki riwayat penyakit Gerd dan kolesterol, kejanggalan pada kondisi jasad justru menjadi sorotan.
Kejanggalan di Balik Lakban dan Dugaan Pembunuhan

Bambang Widjojanto menyatakan ketidakpercayaannya terhadap skenario bunuh diri. Menurut dia, kondisi jenazah yang “penuh kejanggalan” mengindikasikan adanya “pesan terselubung” dari terduga pelaku. “Saya enggak percaya dia bunuh diri, terus terang aja, makanya saya bilang dia dibunuh,” ujar Bambang.

Ia bahkan menduga penggunaan lakban di wajah korban adalah sebuah simbol pembungkaman. “Ini meninggalkan misteri, karena misterinya adalah apakah penggunaan lakban itu semacam pesan yang sengaja dilempar ‘eh kalau macam-macam, gue bungkam begini’?” paparnya. Bambang menyebut pola pembunuhan semacam ini sebagai “lock room mystery” dalam teori kriminologi, di mana pelaku mengirimkan pesan simbolik.

“Pola pembunuhan seperti ini biasanya disebut sebagai lock room mystery, dalam teori kriminologinya. Karena dia sedang mengirim pesan simbolik, si pelaku mengirim pesan simbolik. Yang harus dibaca pakai teori pembunuhan adalah bagaimana kejahatan itu dilakukan. Tadi dijelaskan bahwa korban, Daru itu mulut wajahnya dilakban, nah ini bagi kalangan kriminolog itu sebagai simbol pembungkaman. Pesannya kepada orang lain melalui korban itu yang bicara atau membocorkan informasi kayak gini nih,” jelas Bambang.

Spekulasi semakin melebar ketika Bambang mengaitkan kematian Arya Daru dengan dugaan keterlibatannya sebagai saksi dalam kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO). “Kalau benar bahwa Arya sedang terlibat dalam melindungi WNI kasus TPPO di Kamboja atau tempat lain, maka ini semakin relevan untuk melihat pola ini apakah pembunuhnya sedang mengirim sinyal, pesannya ‘lu bicara gue bungkam loh’,” ungkapnya.

Dugaan ini sontak makin memantik pertanyaan besar. Apakah Arya Daru menjadi target karena informasi yang diketahuinya? Dan apakah pelaku memang seorang profesional yang sengaja menciptakan “fake skenario” untuk mengelabui penyelidikan?

Sejauh ini, kepolisian masih menunggu hasil autopsi, termasuk pemeriksaan histopatologi dan toksikologi, untuk mendapatkan kepastian penyebab kematian. Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto menargetkan kesimpulan akan rampung dalam satu pekan. Namun, sebelum hasil resmi diumumkan, misteri di balik kematian diplomat Arya Daru ini terus menjadi sorotan, memunculkan pertanyaan tentang kebenaran di balik dugaan bunuh diri ataukah ada motif keji yang tersembunyi.

Akankah penyelidikan polisi mampu mengungkap teka-teki “pesan” yang disinyalir Bambang Widjojanto, ataukah kasus ini akan menjadi misteri yang tak terpecahkan?

Sementara itu, Anggota Komisi I DPR TB Hasanuddin meminta aparat fokus melakukan penyelidikan terkait kasus diplomatt Kemenlu Arya Daru Pangayunan. Dia menduga ada kemungkinan kematian korban terkait juga dengan rekam jejaknya selama ini sebagai diplomat berprestasi
“Masalahnya sekarang apa motif pembunuhannya? Nah, itu saya berharap. Karena ini misterius, juga ada kepentingan negara, kemudian juga dia itu sebagai pegawai yang baik-baik saja, maka saya berharap aparat kepolisian melakukan penyelidikan dengan lebih fokus lagi,” kata Hasan kepada awak media, Kamis (10/7).

Politikus PDIP itu mengungkap alasan keraguannya karena selama ini tak pernah ada kasus korban bunuh diri dengan menutup kepalanya dengan lakban. Di sisi lain, Arya saat ini juga tengah dalam proses pemindahan tugas sebagai diplomat muda di Finlandia. Artinya, korban tengah mempersiapkan diri untuk menjalankan tugas baru tersebut.

“Saya yakin tidak mungkin dalam kondisi itu lalu ada keinginan untuk bunuh diri. Sekarang alternatif pilihannya ya, yang bersangkutan dibunuh,” kata Hasan. (*)

 

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: F. Noval
Editor: Supardi


No More Posts Available.

No more pages to load.