Mitos Primbon Jawa: Anak Gadis Duduk di Depan Pintu Konon Sulit Dapat Jodoh

oleh -256 Dilihat
duduk depan pintu

KabarBaik.co- Dalam khazanah kepercayaan tradisional Jawa, masih banyak mitos dan pantangan yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satunya adalah kepercayaan bahwa anak gadis yang sering duduk di depan pintu rumah akan mengalami kesulitan dalam menemukan jodoh. Mitos ini, yang bersumber dari Primbon Jawa, kerap menjadi nasihat orang tua kepada anak-anak perempuannya.

Menurut kepercayaan Primbon Jawa, area depan pintu diibaratkan sebagai gerbang rezeki dan keberuntungan. Duduk menghalangi pintu dipercaya dapat menghambat energi positif masuk ke dalam rumah. Konon, bagi seorang gadis, hal ini diinterpretasikan sebagai tindakan menutup jalan bagi calon jodoh untuk datang mendekat.

Meskipun dalam pandangan modern mitos ini mungkin dianggap tak lebih dari takhayul belaka, namun bagi sebagian masyarakat Jawa, Primbon masih menjadi panduan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk urusan perjodohan. Ada yang menafsirkannya secara harfiah, namun ada pula yang melihatnya sebagai metafora atau nasihat bijak untuk menjaga etika dan sopan santun.

Sebagian pegiat budaya Jawa berpendapat bahwa larangan ini mungkin berawal dari norma kesopanan dan keamanan. Duduk di depan pintu, terutama di masa lalu, bisa jadi dianggap kurang pantas bagi seorang gadis dan berpotensi mengundang perhatian yang tidak diinginkan.

Berikut beberapa mitos soal larangan anak gadis duduk di depan pintu dari berbagai daerah:

  1. Mitos dari Mamasa: Dapat Diganggu Mahluk Halus

Masyarakat Suku Mamasa di Sulawesi Barat juga memiliki mitos yang sama terkait larangan duduk di depan pintu. Berdasarkan mitos yang beredar di kalangan masyarakat Mamasa, tindakan duduk di pintu jelang malam hari dapat mengundang gangguan dari makhluk halus.

Jika diartikan dalam bahasa Indonesia arti mitos tersebut kurang lebih ‘pamali dilarang duduk di pintu menjelang malam hari sebab kelak ditabrak mahkluk halus.

2. Mitos dari Ambon: Sulit Dapat Jodoh

Mitos serupa juga lahir di kebudayaan masyarakat Suku Ambon yang ada di Maluku. Menurut Mouren Wuralela dalam studi yang terbit di buku Membaca Perempuan Maluku (2019), masyakarat Ambon percaya bahwa perempuan yang duduk di depan pintu akan sulit dapat jodoh dan menikah. Tentu hal itu hanyalah mitos belaka, yang nyatanya jodoh tidak berkaitan dengan tindakan duduk di depan pintu atau tidak.

3. Mitos dari Melayu: Dijauhkan dari Rezeki

Mirip seperti masyarakat Mainangkabau, masyarakat Melayu di Riau dan Sumatra Selatan juga percaya bahwa duduk di depan pintu bagi anak dapat menjauhkan rezeki. Selain ditunjukkan kepada anak-anak, mitos terkait duduk di depan pintu juga ditunjukkan Masyarakat Melayu untuk wanita hamil.

4. Mitos dari Jawa: Mendatangkan Sial atau Pertanda Buruk

Masyarakat dari suku jawa di Jawa Tengah dan Jawa Timur juga percaya soal mitos yang menyebut larangan duduk di depan pintu. Duduk di depan pintu menurut Jawa dapat mendatangkan sial atau pertanda buruk. Adapun makna kesialan yang dimaksud di dalam mitos beragam, ada yang percaya soal susah rezeki, datangnya penyakit, bahkan kematian orang terdekat.

Fakta Anak Gadis Dilarang Duduk di Depan Pintu

Faktanya, sebagian besar konsekuensi dari mitos-mitos larangan anak gadis duduk di depan pintu yang beredar di masyarakat tidaklah benar. Namun, bukan berarti larangan yang disampaikan dalam mitos sepenuhnya salah. Pasalnya, berdasarkan etika dan budaya, duduk di depan pintu memang dikaitkan sebagai perilaku kurang sopan dan membuang-buang waktu.

Oleh karena itu, tindakan ini sering dilarang oleh para orang tua terdahulu. Berikut ini fakta dan penjelasan logis dari mitos-mitos soal anak gadis dilarang duduk di depan pintu yang beredar di beerapa wilayah:

1. Duduk di depan pintu menghalangi jalan

Faktanya duduk di depan pintu dapat menghalangi jalan keluar masuk orang lain. Tindakan semacam ini tentu menyebabkan orang lain kesulitan mengakses ke dalam dan ke luar rumah. Oleh karena itu, sebaiknya duduk di depan pintu tidak dilakukan untuk menjaga kenyamanan seluruh penghuni rumah.

2. Duduk di depan pintu tidak sopan

Di beberapa kebudayaan masyarakat, duduk di depan pintu bukanlah perilaku yang sopan. Sebagai contoh, di kalangan masyarakat Jawa menghambat atau menghadang jalan orang lain merupakan bentuk ketidak sopanan.

Selain itu, tindakan ini menyebabkan orang lain harus melangkahi pelaku untuk bisa melalui pintu. Padahal, tindakan melangkahi orang lain bukanlah perilaku yang dibenarkan dalam kebudayaan Jawa.

3. Duduk di depan pintu membuang-buang waktu bekerja

Duduk di depan pintu dikaitkan oleh masyarakat zaman dahulu sebagai tindakan membuang-buang waktu. Faktanya, menurut Lonada dan Tala orang tua zaman dahulu tidak ingin anak-anaknya membuang waktu.

Alih-alih waktunya digunakan untuk duduk diam di depan pintu, ada baiknya mereka melakukan pekerjaan yang lebih produktif dan meraih lebih banyak penghasilan. Alasan inilah yang menyebabkan masyarakat Minangkabau dan Melayu percaya akan mitos duduk di depan pintu menghambat rezeki.

4. Duduk di depan pintu menyebabkan tamu tak nyaman

Masih berkaitan dengan bentuk etika dan kesopanan, duduk di depan pintu faktanya dapat menyebabkan tamu tak nyaman. Ini sering terjadi dalam kebudayaan Jawa, di mana tamu yang sangat diterima biasanya akan dijamu di dalam rumah. Sebaliknya, tamu yang tidak terlalu dekat hanya boleh duduk di depan atau halaman rumah saja.

Dalam hal ini tindakan duduk di depan pintu diasosiasikan dengan menghalangi tamu masuk ke rumah. Ini tentu menyebabkan orang yang datang ke rumah menjadi tidak nyaman. Selain itu, dari sisi tamu yang ada di dalam rumah, duduk di depan pintu juga dapat menghalangi tamu untuk keluar.

5. Duduk di depan pintu berisiko merusak postur tubuh

Faktanya, memang ada masalah kesehatan yang dikaitkan dengan duduk sembarangan di depan pintu. Duduk di depan pintu umumnya dilakukan di lantai, tanpa sandaran, dan postur kaki bersila. Padahal, menurut dokter posisi ini dinilai tidak nyaman dan dapat mengganggu poster tubuh.

Bagaimanapun, mitos ini tetap menjadi bagian menarik dari warisan budaya Jawa yang kaya. Terlepas dari validitasnya secara ilmiah, kepercayaan ini terus hidup dan menjadi bagian dari percakapan serta nasihat dalam keluarga-keluarga di Jawa.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Lilis Dewi


No More Posts Available.

No more pages to load.