KabarBaik.co- Mungkin ini jadi pil pahit bagi Evan Dimas Darmono di awal tahun baru. Sekaligus mengejutkan publik sepak bola tanah air. Mantan pemain Timnas Indonesia itu kini tidak lagi menjadi skuad Persik Kediri. Kepastian pemberhentian Arek Suroboyo kelahiran 1995 itu diumumkan resmi di laman Instagram (IG) @persikofficial, Minggu (1/1).
‘’Manajemen Persik Kediri secara resmi melepas Evan Dimas di bursa paruh musim kompetisi BRI Liga 1 Indonesia 2024/2025. Terima kasih dan sukses di manapun berada.’’ Demikian bunyi pengumuman itu.
Persik mendatangkan Evan dengan status bebas transfer jelang bergulirnya musim 2024/2025. Mantan gelandang Timnas Indonesia itu diikat dengan kontrak berdurasi satu tahun. Namun, selama memakai jersey Macan Putih, pemain berusia 29 tahun itu hanya tampil satu kali. Yakni, saat masuk sebagai pengganti pada laga kontra PSBS Biak.
Belakangan, Evan sudah tidak pernah masuk dalam daftar susunan pemain pada enam laga terakhir. Boleh jadi karena perfomanya dinilai tidak sesuai harapan. Tidak lagi on fire. Sudah kalah bersaing dengan pemain Persik lainnya. Bahkan, untuk sekadar menjadi pemain cadangan sekalipun.
Dilansir dari berbagai sumber, Evan lahir dari keluarga yang terbilang berpenghasilan rendah. Ayahnya, Condro Darmono, bekerja sebagai sekuriti (satpam). Dalam perjalanannya, ia termasuk sebagai salah satu pesepakbola Indonesia dengan bayaran tertinggi. Konon, nilai transfernya sempat menyentuh angka Rp 4-5 miliar setahun atau Rp 400 juta per bulan.
Evan menjadi tulang punggung keluarganya. Dia seorang Muslim. Salah satu ciri khasnya seusai menciptakan gol adalah dengan melakukan sujud. Dulu Evan juga tercapai sebagai mahasiswa di Universitas Dr Soetomo (Unitomo), jurusan administrasi publik. Evan mempunyai pemain favorit sekaligus inspirasinya. Yakni, Andres Iniesta, mantan gelandang Barcelona.
Dia menandatangani kontrak profesional pertama pada 2014. Saat itu, sepak bola Indonesia mengalami dualisme pada beberapa klub. Termasuk di Persebaya, yang menjadi Bhayangkara FC. Evan kali pertama berlatih di sekolah sepak bola Surabaya (SSB) sampai masuk tim remaja Persebaya pada 2010 di usianya 15 tahun.
Saat di Persebaya, Evan menjadi pemain andalan timnas Indonesia di berbagai tingkat usia. Bahkan, ia pernah berlatih di Spanyol. Bersama pemain muda Indonesia pilihan lainnya, Evan mengunjungi fasilitas latihan FC Barcelona. Pada 2012, ia mengikuti Nike Academy, sebuah program yang dijalankan oleh Nike, dengan mengumpulkan pesepakbola muda dari seluruh dunia.
Setelah bertahun-tahun berlatih di bawah Persebaya, Evan masuk tim senior. Tapi, saat Evan sudah menjadi pemain profesional, Persebaya tengah mengalami perpecahan internal. Ada dualisme pada kurun 2011-2014. Beberapa klub papan atas waktu itu pun terpecah. Satu mengikuti Liga Super Indonesia (ISL), yang lain bergabung dengan Liga Premier Indonesia (LPI) yang berumur pendek.
Bersama enam pemain muda lainnya, Evan memilih bergabung Persebaya ISL pada November 2014. Setelah upaya penggabungan pada 2014-2016 dan serangkaian sengketa hukum tentang penggunaan nama Persebaya, tim Persebaya ISL mengubah nama menjadi Bhayangkara FC pada 2016 dengan dukungan keuangan dari Polri.
Setelah keributan di sepak bola Indonesia, Evan melakukan debut untuk Persebaya pada ISL musim 2015. Saat itu, melawan Mitra Kukar di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, dengan kemenangan 1-0. Badai di sepak bola tiba. Pemerintah menghentikan ISL pada Mei 2015. Intervensi itu berbubah FIFA melarang Indonesia melakukan kegiatan sepak bola resmi selama setahun.
Selama masa skorsing FIFA, Persebaya berinisiatif mengirim bintang mudanya ke Spanyol. Sayangnya, Evan gagal membuat klub-klub di sana terkesan. Akhirnya, ia kembali ke tanah air. Ketika kembali ke Indonesia pada pertengahan 2016, klub Persebaya yang pernah dibela, kalah dalam sengketa hukum. Kemudian berganti menjadi Bhayangkara FC itu.
Evan bergabung dengan Bhayangkara pada 2016. Tahun berikutnya, Evan menjuarai Liga 1 2017, trofi pertama sepanjang karir profesionalnya. Pencapain ini memunculkan tawaran dari klub luar negeri. Pada 2 Desmeber 2017, Evan meneken kontrak satu tahun dengan Selangor FC, Liga Super Malaysia, dengan status bebas transfer. Selain Evan, ada nama Ilham Udin Armaiyn.
Selepas dari Selangor FC, sebetulnya manajemen Persebaya bertekad kuat untuk dapat mengontrak Evan. Menarik kembali ke kandang. Kampung asalnya. Menjadikan Evan sebagai legenda baru pesepakbola asal Kota Pahlawan. Beberapa pertemuan telah dilakukan. Namun, gagal membuahkan kesepakatan. Kabar yang beredar, harga kontrak yang ditawarkan dianggap terlalu mahal.
Singkat cerita, pada 26 Desember 2018, Evan memilih menandatangani kontrak satu tahun dengan Barito Putera. Meski Evan bermain reguler dan mencetak dua gol di Liga 1 musim 2019, Evan tidak menunjukkan performa yang menyita perhatian. Barito finis di posisi ke-13 dan gagal mempertahankan Evan.
Setelah dari Barito, Evan menandatangani kontrak dengan Persija Jakarta untuk bermain di Liga 1 2020. Namun, akhirnya Liga 1 dihentikan karena pandemi Covid-19. Evan hanya bermain dua kali pertandingan, namun berhasil mencetak dua gol. Pada awal 2021, Evan memutuskan kembali bergabung dengan Bhayangkara FC. Setelah itu, klubnya terus berpindah-pindah. Pada 5 April 2022, gabung ke Arema. Tahun berikut, pada 14 November 2023, Evan bergabung dengan PSIS Semarang dengan status pinjaman dari Arema FC.
Evan memiliki talenta hebat sejak 2010 di tim nasional. Sejak usia 15 tahun, ia menjadi kapten Indonesia U-17 dan U-19, yang memenangkan International Youth Invitation HKFA 2012, International Youth Invitation HKFA 2013, dan Kejuaraan Remaja U-19 AFF 2013. Evan mencetak lima gol di AFF U-19 dan menjadi pencetak gol terbanyak untuk Indonesia di turnamen tersebut.
Pada Oktober 2013, ia menjadi kapten tim Indonesia U-19 untuk lolos ke Kejuaraan U-19 AFC 2014, kompetisi kualifikasi untuk masuk Piala Dunia U-20 FIFA 2015, Indonesia memuncaki Grup G di kualifikasi dengan tiga kemenangan dalam tiga pertandingan. Termasuk kemenangan 3-2 atas juara bertahan Korea Selatan. Dia mencetak empat gol di kualifikasi, termasuk hattrick melawan Korea Selatan itu. Sayangnya, timnas gagal mengamankan tempat di Piala Dunia U-20 2015, setelah kalah dalam tiga pertandingan di Kejuaraan AFC U-19 2014.
Kini, nasib Evan bisa jadi tinggal cerita saja, di usianya yang sebetulnya erbilang masih muda. Kabarnya, beberapa media menyebut, Evan akan banting setir ke dunia kepelatihan sepak bola. Andai saja dulu terus istiqamah di Persebaya, boleh jadi ceritanya menjadi lain. Ada kans masa depannya kemungkin lebih panjang seperti legenda Persebaya lainnya.
Namun, jarum waktu tentu tidak bisa dibalik. Yang jelas, selama berkarir di sepak bola, Evan pernah mengharumkan Merah Putih. Selain itu, yang tidak laha pentingnya adalah membanggakan dan mengangkat nasib keluarganya. (*)