Nestapa Nelayan Lamongan, Dua Pekan Tak Melaut Akibat Musim Baratan

oleh -454 Dilihat
Tak melaut, perahu nelayan hanya bersandar di bibir pantai utara Kabupaten Lamongan.

kabarbaik.co – Meningkatnya intensitas curah hujan mengakibatkan nelayan di wilayah pantai utara (pantura) Kabupaten Lamongan, kelimpungan. Pasalnya, sudah dua minggu lebih para nelayan tidak bisa beraktifitas secara maksimal. Cuaca ekstrem membuat mereka takut untuk melaut.

Hal tersebut dikarenakan musim penghujan mulai bulan Januari tahun 2024 hingga sekarang masih terus mengguyur daerah pesisir pantura Lamongan. Di samping itu, kondisi angin laut cukup kencang diperkirakan kecepatanya 20-22 knot, gelombang laut pun sangat tinggi mencapai 2,5 sampai 3 meter. Kondisi itu memaksa nelayan untuk nganggur alias tak melaut.

Ma’mun Murod, Sekretaris DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Lamongan menjelaskan, bahwa kondisi dan cuaca ekstrem ini setiap tahun terjadi di wilayah pantura Lamongan. Para nelayan pun tidak bisa berbuat banyak karena berhadapan dengan kondisi alam. Hanya nestapa.

Baca juga:  Kapolres Lamongan Besuk Kapolsek Sukorame yang Sakit Usai Pengamanan Pemilu 2024

“Masyarakat di sini menyebutnya Musim Baratan. Yaitu musim curah hujan tinggi disertai kilat menyambar, angin laut sangat kencang dan gelombang tinggi hingga meluber kedaratan. Di saat musim inilah nelayan Lamongan banyak yang tidak bisa melaut alias menganggur dikarenakan takut,” bebernya, Selasa (23/1/2024).

Nelayan takut kapal mereka tenggelam di tengah lautan. Hal tersebut mengakibatkan lumpuhnya pusaran ekonomi di wilayah pesisir pantura. Mereka harus mencari pekerjaan seadanya demi untuk mencukupi dan menyambung hidup keluarga.

Baca juga:  Transaksi Hewan Kurban Tembus Rp 194 Miliar, Pemkab Lamongan Pacu Potensi Peternakan Jadi Unggulan

Banyak perahu nelayan yang hanya dibiarkan bersandar di bibir pantai atau pelabuhan sekitar. Nelayan yang tidak memiliki pekerjaan sampingan memilih untuk mengisi aktivitas dengan memperbaiki jaring yang rusak atau perahu yang bocor.

Namun, ada pula yang tetap nekat melaut meskipun kondisi cuaca ekstrem. Itu dilakukan oleh mereka karena hanya melautlah satu – satunya pekerjaan yang bisa mereka kerjakan meskipun nyawa taruhannya.

“Namanya juga nelayan hidupnya tergantung kondisi cuaca di lautan,” tukas lirih Ma’mun Murod.

Baca juga:  6.466 Pelajar Lamongan Terima Beasiswa Perintis

Masih menurut Murod, kondisi cuaca ekstrem seperti ini biasanya terjadi sampai 3 bulan ke depan. Secara otomatis nelayan akan berhenti beraktifitas hingga dirasa kondisi baratan mulai reda.

Ma’mun Murod, mengharap dan mengimbau kepada masyarakat nelayan agar tetap bersabar dan juga berhati-hati memasuki Musim Baratan seperti ini.

“Apabila ada nelayan yang nekat beraktifitas melaut, jangan lupa sedia nan pelampung, jaket pelampung dan alat yang safety lainya,” tutupnya.(kb04)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.