KabarBaik.co – Suasana penuh semangat menyelimuti Desa Sambiroto, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, saat digelar panen raya padi organik. Kegiatan tersebut menjadi bagian dari Program Pengembangan Masyarakat (PPM) Integrated Farming System.
Acara ini turut dihadiri Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono, yang didampingi Wakil Bupati Nurul Azizah. Kehadiran mereka menegaskan dukungan pemerintah terhadap pengembangan pertanian organik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Gunawan Wibisono, kepala Desa Sambiroto mengungkapkan rasa syukur atas panen padi organik yang telah memasuki musim kedua. Tak hanya mengapresiasi akan stabilnya harga gabah, namun juga menyampaikan aspirasi warga terkait pembangunan cek dam yang belum terealisasi sejak survei dilakukan pada 2023. Cek dam tersebut diharapkan dapat menjadi solusi untuk permasalahan pengelolaan air di desa.
Sementara itu, Bupati Bojonegoro Setyo Wahono menyoroti pentingnya pertanian organik sebagai langkah memperbaiki kondisi tanah yang mulai mengalami penurunan kualitas akibat penggunaan pupuk kimia. Menurutnya, pertanian organik tidak hanya meningkatkan kesuburan tanah dan keanekaragaman hayati, tetapi juga menghasilkan beras yang lebih sehat dan bernilai jual tinggi.
“Beras organik bisa dijual seharga Rp 19.000 hingga Rp 20.000 per kilogram, bahkan lebih tinggi di pasar modern. Ini potensi besar bagi petani jika dikelola secara konsisten,” jelas Wahono, Senin (19/5).
Wahono mengungkapkan bahwa panen kali ini mencatat produktivitas yang mengesankan, yakni 6,5 ton per hektare. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata produktivitas padi konvensional di Bojonegoro yang berkisar 5,8 ton per hektare. “Ini membuktikan bahwa tanah Bojonegoro sangat subur. Tanpa pupuk dan pestisida kimia pun kita bisa panen lebih baik,” tegasnya.
Menurut Wahono, sekitar 60 persen lahan pertanian di Bojonegoro merupakan jenis tanah gromosol/vertisol yang sebenarnya sangat potensial jika dikelola dengan pupuk organik dan teknik budidaya yang tepat. Selain ramah lingkungan, budidaya padi organik juga mampu menekan biaya produksi hingga Rp 2,5 juta per hektare.
Wahono mendorong petani untuk menanam varietas padi organik unggulan seperti mentik susu, mentik wangi, pandan wangi, dan rojo lele yang memiliki harga jual lebih tinggi. Kesadaran konsumen Bojonegoro terhadap manfaat beras organik juga semakin meningkat, dengan harga jual di kisaran Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per kilogram.
Sebagai bentuk dukungan konkret, Wahono menginstruksikan seluruh pegawai Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bojonegoro untuk menjadikan beras organik sebagai konsumsi rutin keluarga. Langkah ini diharapkan mampu mendorong perluasan pertanian organik dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Panen raya ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan pertanian berkelanjutan di Bojonegoro. Keberhasilan para petani Sambiroto membuktikan bahwa pertanian organik bukan hanya mungkin, tetapi juga menguntungkan dan berkelanjutan. (*)