KabarBaik.co – Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (Gapasdap) meminta agar penonaktifan kapal eks landing craft tank (LCT) di lintas Ketapang – Gilimanuk dilakukan bertahap.
Alasannya karena kemacetan imbas kebijakan itu. Hingga Kamis (17/7) dari citra satelit, kemacetan masih mengular sejauh 23 kilometer dari pintu masuk Pelabuhan Ketapang hingga Desa Alasrejo.
“Pada prinsipnya kami dari Gapasdap mendukung kebijakan pemerintah untuk peningkatan performa kapal-kapal yang beroperasi di LCM. Tapi sebaiknya tidak dilakukan sekaligus. Harusnya bertahap agar kemacetan seperti hari ini bisa diminimalkan,” ujar Ketua Gapasdap, Nurjatim.
Sebelumnya ada 15 kapal eks LCT yang tidak diizinkan operasi. Imbasnya kemacetan panjang yang terjadi dalam dua hari terakhir merupakan akibat langsung dari penghentian mendadak operasional kapal-kapal tersebut. Jika tidak segera diambil kebijakan lanjutan, antrean kendaraan dikhawatirkan akan semakin panjang.
“Dua hari saja macetnya sudah luar biasa. Yang saya khawatirkan kalau tidak segera diambil sikap kebijakan dari pemangku kebijakan di pelabuhan, itu nanti bisa bertumpuk,” tambahnya.
Meski demikian, ia mengapresiasi langkah percepatan evaluasi oleh pihak pelabuhan. Nurjatim mengatakan telah menerima informasi bahwa sejumlah kapal akan segera diperbantukan kembali untuk membantu mengurai kemacetan.
Menurutnya, kapal-kapal eks LCT memiliki peran penting dalam mendukung kelancaran arus logistik antara Ketapang dan Gilimanuk. Karena itu, ia berharap proses pemeriksaan bisa diselesaikan secepat mungkin agar kapal-kapal tersebut bisa segera kembali beroperasi.
Terkait beberapa temuan teknis ringan dalam pemeriksaan kapal, seperti tambahan tali lasing, ganjal kendaraan, dan karet kedap, Nurjatim meminta agar hal-hal tersebut bisa dipertimbangkan agar kapal yang secara umum layak bisa tetap beroperasi dengan catatan segera diperbaiki sesuai prosedur standar.
“Harapan kami, temuan-temuan minor bisa menjadi pertimbangan. Kami siap berbenah secepat mungkin supaya masalah ini tidak berkepanjangan,” tegasnya.
Mengenai kebijakan pembatasan kapasitas muatan kapal maksimal 75 persen, Nurjatim menyatakan dukungan penuh. Ia menyebut, cuaca laut yang masih ekstrem menjadi alasan kuat untuk mendukung pembatasan tersebut demi keselamatan pelayaran.
“Saya sangat setuju dengan pembatasan 75 persen. Cuaca masih ekstrem, jadi kami juga sejak awal sudah menginstruksikan operator agar jangan memaksakan muatan,” jelasnya.
Ia juga menyambut baik kebijakan pelarangan pengangkutan penumpang di dermaga LCM. Menurutnya, dermaga tersebut sebaiknya memang difokuskan untuk melayani kendaraan logistik saja.
“Kami siap jika kendaraan penumpang dialihkan ke dermaga Moveable Bridge (MB). Kami sepakat dermaga LCM difokuskan untuk kendaraan logistik,” pungkasnya.