Peluk Tangis di Asrama Sekolah Rakyat Gresik, Doa dan Harapan Seorang Ibu dari Desa Kepuhklagen

oleh -581 Dilihat
c9abc1df 57ca 4b1c 918f ad4e39a574a8
Peluk tangis. Aryani Susanti, salah seorang wali siswa SRMA 37 Gresik. (Foto: Muhammad Wildan Zaky)

KabarBaik.co – Di sebuah ruang kelas sederhana yang kini berubah wajah setelah direnovasi, seorang ibu memeluk erat putrinya. Tangan lembur nya mengelus kepala sang anak dengan kasih sayang yang tak bisa diukur rupiah.

Di sorot matanya, tampak kilau air yang jatuh perlahan. Bukan karena sedih, tapi karena sebuah harapan besar yang selama ini tersembunyi dalam bilik doa dan kesabaran.

Ibu itu adalah Aryani Susanti, warga Desa Kepuhklagen, Kecamatan Wringinanom, Gresik. Tepat hari Senin (4/8), menjadi titik balik dalam hidupnya, saat ia mengantarkan sang anak Aira Okta Nugroho, untuk mulai bersekolah di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 37 Gresik.

Sekolah berasrama ini terletak di gedung eks UPT SMPN 3 Sidayu, yang baru saja selesai direnovasi dan dibuka untuk anak-anak dari keluarga pra sejahtera.

Aira, gadis pendiam yang menyukai kesenian dan tradisi Jawa, tampak tenang di antara deretan meja kelas.

Namun sang ibu tahu, di balik ketenangan itu ada denyut degup hati seorang anak yang siap menjelajah dunia baru jauh dari rumah, dari aroma dapur, dan dari dekapan seorang ibu setiap pagi.

“Kami awalnya tidak tahu ada program seperti ini,” tutur Bu Aryani. “Tapi tim pendamping PKH yang memberi tahu kami. Kami ini keluarga desil 1, suami saya jualan buah potong. Pendapatan sehari 50 sampai 70 ribu rupiah,” imbuhnya.

Sebagai keluarga non-muslim, Aryani awalnya sempat ragu bisa ikut dalam program ini. Tapi nyatanya, seleksi dilakukan tanpa diskriminasi. Cukup menjadi anak bangsa, cukup memiliki semangat belajar dan mimpi besar, itu sudah cukup untuk diterima.

“Puji Tuhan, hanya tiga anak dari Kecamatan Wringinanom yang diterima. Dan anak saya salah satunya,” ucap Aryani dengan rasa syukur. Anak keduanya itu menjadi 1 dari 75 siswa angkatan pertama SRMA 37 Gresik .

Aira sebelumnya menempuh pendidikan di SMP 26 Gresik. Kini, ia melangkah ke jenjang yang lebih tinggi melalui program khusus oleh pemerintah pusat melalui kementrian sosial yang diperuntukkan bagi anak-anak dari keluarga desil 1 dan 2.

Tak hanya biaya sekolah yang ditanggung, tapi juga kebutuhan dasar selama di asrama. Meski begitu, kata Aryani, masih ada tantangan-tantangan kecil yang kadang tak terpikirkan orang. “Buat sekolah mungkin bisa. Tapi seperti yang Pak Bupati bilang, untuk uang saku saja kadang bingung,” tandasnya.

Aryani dan suaminya punya tiga anak. Anak pertama tengah menempuh kuliah di ITS lewat program bidik misi atau PIP. Kini giliran Aira yang menapaki jalan pendidikan dengan tekad yang sama besar.

“Harapan kami dengan bantuan dari pemerintah, anak kami bisa menjadi orang sukses,” ujarnya sembari mengusap ujung mata yang basah.

Tak banyak bicara, Aira lebih sering mengungkapkan dirinya lewat goresan kuas dan warna. Ia pandai melukis dan punya ketertarikan pada kebudayaan Jawa. Di balik sikap pendiamnya, ia adalah gadis periang yang tahu caranya menyimpan mimpi di tempat yang paling hangat dalam hati.

Kini, pintu asrama telah terbuka. Ruang belajar telah menanti. Masa depan, sejauh apa pun itu, akan terasa lebih dekat ketika seorang ibu telah mengantar anaknya dengan peluk dan harap: agar kelak, yang kecil menjadi besar, yang sederhana menjadi berarti, dan yang hari ini berangkat dengan isak akan kembali dengan senyum kemenangan. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Muhammad Wildan Zaky
Editor: Andika DP


No More Posts Available.

No more pages to load.