KabarBaik.co – Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) di Gresik kini punya jalan baru untuk berkembang tanpa harus bergantung pada pinjaman bank. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik membuka Klinik Kemitraan, sebuah program yang mempertemukan koperasi desa dengan mitra-mitra strategis dari berbagai sektor, mulai dari BUMN, perusahaan logistik, hingga lembaga keuangan mikro.
Konfirmasi pembukaan program disampaikan oleh Rian Pramana Suwanda, Kepala Bidang Bina Pemdes DPMD yang juga menjabat Plt Kabid Koperasi dan UMKM Diskoperindag. Ia menegaskan, klinik ini tidak hanya berupa pendampingan bisnis dari tim ahli, tetapi juga upaya memposisikan koperasi sebagai bagian dari rantai pasok usaha.
“Selain pendampingan renbis dari tim ahli, kita juga mitrakan dengan BUMN, perusahaan, dan koperasi sehingga lini usaha koperasi dapat beroperasi tanpa pinjaman himbara,” ujarnya, Senin (15/9).
Langkah ini disambut hangat pengurus koperasi. Selama ini, banyak koperasi desa terjebak dalam dilema yang harus menentukan jenis usaha di tengah keterbatasan modal, sementara jalan tercepat yang ditempuh biasanya melalui pinjaman bank. Kini, melalui jejaring kemitraan, koperasi tidak hanya diberi akses modal alternatif, tetapi juga peluang untuk menjadi pemain dalam distribusi barang dan jasa.
Mitra yang dilibatkan datang dari sektor-sektor vital. Pertamina Patra Niaga akan menggandeng koperasi dalam distribusi LPG, Pupuk Indonesia untuk distribusi pupuk, dan PT Pos Indonesia untuk logistik. Di bidang pangan, Perum Bulog bersama PT Id Food memperkuat distribusi bahan pokok.
Dari sektor jasa keuangan, Bank BRI, Bank Mandiri, dan Bank Jatim membuka ruang kerja sama. Ada pula KSPPS Sunan Drajat yang akan mengelola gerai sembako, sementara BMT Mandiri Jatim menawarkan pinjaman lunak dengan bunga nol persen.
Pendampingan bagi koperasi desa dilakukan berbasis klaster. Setiap wilayah dengan potensi berbeda mendapat perlakuan khusus. Manyar, Gresik, dan Kebomas dimasukkan ke dalam klaster Inti Industri dan Pelabuhan dengan Universitas Gresik sebagai pendamping. Kawasan Benjeng, Balongpanggang, Duduksampeyan, dan Cerme tergabung dalam klaster Lumbung Pangan dan DAS Kali Lamong dengan pendamping Universitas Internasional Semen Indonesia bersama Universitas Muhammadiyah Gresik.
Sementara Wringinanom, Kedamean, Driyorejo, dan Menganti dipetakan sebagai klaster Peri Urban dan Industri Ringan dengan Universitas Negeri Surabaya serta Universitas Ciputra sebagai mitra akademik.
Pada hari terakhir pendampingan, dua klaster dijalankan sekaligus. Wilayah Ujungpangkah, Bungah, Sidayu, Dukun, dan Panceng dimasukkan dalam klaster Minapolitan dengan pendamping Universitas Qomaruddin, sedangkan Sangkapura dan Tambak diproyeksikan sebagai klaster Maritim dan Eco Tourism dengan Universitas Internasional Semen Indonesia sebagai pengampu.
Rian menegaskan, mekanisme penentuan mitra dilakukan berdasarkan kebutuhan klaster. Di wilayah agropolitan, misalnya, koperasi bisa diarahkan menjadi agen pupuk. Bahkan, pada hari pertama pelaksanaan klinik, sejumlah koperasi langsung menghubungi person in charge mitra masing-masing untuk memulai kerja sama.
Dengan skema ini, koperasi desa di Gresik diposisikan untuk keluar dari peran klasik sebagai pengelola simpan pinjam. Mereka kini diarahkan menjadi simpul usaha yang terhubung langsung dengan distribusi energi, pangan, logistik, dan layanan keuangan. Transformasi ini diharapkan menjadi fondasi kemandirian ekonomi desa yang lebih berkelanjutan.(*)






