Pemutilasi Alumni SMA Nusantara Ternyata Tukang Bangunan Asal Ponorogo

oleh -142 Dilihat
ARESTY

KabarBaik.co- Yahya Himawan alias Gembul, pria asal Ponorogo, Jawa Timur, belakangan trending. Pemuda 29 tahun ini tidak lain pelaku perampokan sadis. Membantai dan memutilasi korban. Yang memilukan, korbannya adalah Aresty Gunar Tinarga (AGT). Seorang ibu muda, 38 tahun, yang pernah memberikan pekerjaan pada pelaku. Ia seorang alumni terbaik SMA Taruna Nusantara Magelang, asal Blitar.

Diketahui, 10 November 2025, pukul 10.00 WIT, kejadian sadistis itu dimulai. Aresty sedang sendirian di rumah kontrakan Jalan Reremi Puncak, Manokwari. Yahya, yang dua pekan sebelumnya bekerja memasang keramik di dapur rumah korban, tiba-tiba datang mengetuk pintu rumah Aresty. “Bu, keramiknya retak lagi, boleh saya perbaiki?” ungkapnya seperti diceritakan di hadapan petugas.

Aresty mengenal wajah Yahya, sama-sama warga perantau asal Jawa Timur. Beberapa hari juga memberi makan. Istri pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) itupun membukakan pintu tanpa curiga, walaupun suaminya sedang tidak ada rumah lantaran kerja di KPP setempat. Nahas, begitu masuk, Yahya langsung menodongkan pisau. “Diam! Saya butuh uang satu juta sekarang!”

Aresty melawan. Ia berteriak, menggigit tangan pelaku hingga berdarah. Yahya kalap. Lalu, pemuda yang bekerja sebagai tukang bangunan itu menusuk dan membacok dada korban berkali-kali. Tidak cukup itu, Yahya lantas membekap mulut korban hingga nyawa Aresty terenggut.

Dua hari sebelumnya, Yahya kehabisan Rp 3,3 juta karena judi online. Duit itu upah dari pekerjaannya sebagai tukang. Malam 9 November, Yahya sudah memantau rumah korban. Tempat tinggalnya tidak jauh. Rumah Aresty hari-hari sepi saat siang. Sebab, sang suami kerja di kantor pajak. Yahya pun hafal betul denah rumah karena pernah bekerja di sana.

Setelah Aresty tewas dibunuh, Yahya membersihkan darah, membeli kantong plastik, kemudian memotong tubuh korban menjadi tiga bagian. Potongan jasad dimasukkan ke kontainer plastik pink milik korban, dibungkus kain hitam, lalu malam hari dibuang ke septic tank rumah kosong 300 meter dari TKP menggunakan mobil sewaan. Sebelum kabur, Yahya merampok ponsel, laptop, tablet, dan kartu ATM.

Sore hari, 10 November, Amri Hidayat—suami Aresty—pulang dan menemukan rumah berantakan. Amri pun gusar kemudian melapor ke polisi. Tidak butuh waktu lama, Selasa sore, 11 November, polisi berhasil mengendus jejak pelaku. Lalu, membongkar septic tank dan menemukan jasad yang sudah terpotong tiga bagian. Manokwari pungempar.

Berkat CCTV dan keterangan warga, Rabu pagi, 12 November, Yahya ditangkap di kos-kosan Ingramui. Saat ditanya motif, jawabannya dingin. “Habis uang judi.”

Kepergian Aresty itupun membawa duka. Bukan hanya bagi keluarga, melainkan juga keluarga besar SMA Taruna Nusantara. Di laman media sosial, ucapan duka cita atas meninggalnya almarhumah itupun mengalir. Baru tiga bulan pindah ke Manokwari mengikuti suami, nyawanya terenggut dengan sadistis. Jenazahnya tiba di Blitar pada Rabu malam, 12 November dan dimakamkan di TPU Ngadiluwih. Isak tangis keluarga dan ratusan sahabat Taruna Nusantara.

Kapolresta Manokwari Kombes Pol Ongky Isgunawan menyebut, pelaku dijerat Pasal 340, 338, dan 365 ayat (3) KUHP. Ancaman hukuman mati atau seumur hidup. “Tersangka ini memanfaatkan kepercayaan korban yang pernah memberinya pekerjaan,” ujarnya kepada awak media setempat.

Ternyata, di balik baju tukang bangunan yang tampak lugu dan polos itu tersembunyi watak monster yang menghancurkan masa depan seorang alumni SMA Taruna Nusantara. Kini, Yahya pun meringkuk di sel dan bakal menghabiskan hari-hari panjangnya di balik pengap sepi penjara.  (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Editor: Supardi Hardy


No More Posts Available.

No more pages to load.