KabarBaik.co – Dugaan kekerasan verbal dan intimidasi yang dilakukan oleh pengusaha hiburan malam Ivan Sugianto terhadap siswa SMA Kristen Gloria 2 Surabaya, EN, menghebohkan publik. Orang tua siswa, Ira Maria dan Wandharto, mengaku sangat terpukul dan merasa gagal setelah dipaksa menyaksikan anak mereka meminta maaf dengan cara sujud dan menggonggong seperti anjing di depan pelaku. Kejadian ini berawal dari tuduhan bullying yang diarahkan kepada anak mereka, SN, yang diduga menghina EMS, anak dari Ivan.
“Sebenarnya kami tidak ingin menanggapi ini semua, karena kami ingin menenangkan diri. Namun belakangan ini ada pihak yang mencoba memutarbalikkan fakta, dan di sini saya harus bicara sesuai fakta dan bukti yang ada,” terang Wandharto, orang tua dari SN saat ditemui di rumahnya pada Selasa (12/11).
Ira Maria menjelaskan bahwa istilah “Poodle” yang digunakan oleh teman-teman SN sebenarnya muncul dari candaan karena melihat gaya rambut EMS sebelum pertandingan basket antara SMK Kristen Gloria 2 dan SMA Cita Hati. Ira menegaskan bahwa candaan tersebut tidak pernah diucapkan langsung kepada EMS atau disebarkan melalui media sosial.
“Ungkapan itu terjadi dalam candaan teman-temannya dan tidak ada pernyataan yang dilontarkan kepada EMS baik itu secara langsung maupun di media sosial,” ungkap Ira Maria.
Beberapa hari setelah pertandingan basket tersebut, SN dan EMS sempat bertemu di Ciputra World Surabaya Mall. Menurut Ira, pertemuan tersebut berlangsung tanpa insiden dan hanya sebatas perkenalan biasa. Namun, tak lama setelah itu, SN menerima pesan dari EMS yang berisi ancaman serta permintaan maaf secara tertulis di atas materai dan melalui video.
“Dua hari sebelum terjadi peristiwa itu, anak saya mendapat pesan dari EMS yang isinya ancaman dan menuntut permintaan maaf secara tertulis di atas materai dan di video. Karena SN tidak mengerti maksud dari EMS, dia meminta pendapat kepada saya. Dan saya melarang untuk merespon apalagi keduanya masih di bawah umur,” tambah Ira dengan menunjukkan bukti percakapan keduanya.
Tidak mendapat respons dari SN, EMS diduga melibatkan beberapa orang, termasuk Ivan Sugianto, untuk menyelesaikan masalah secara langsung di sekolah. Pada Senin, 21 November 2024, saat Ira hendak menjemput SN, ia melihat EMS bersama Def dan beberapa orang lainnya di sekolah. Komunikasi yang awalnya berlangsung baik berubah ketika Ivan datang.
“Saat saya menanyakan kepada Def, dia bilang kalau EMS yang diakui sebagai adiknya mendapat bullyan dari anak saya, kemudian saya jelaskan secara baik-baik. Kemudian Def ini menghubungi Ivan, saat tiba di sekolahan Ivan langsung marah-marah. Kami berusaha berbicara secara baik-baik,” ujar Ira.
Menurut Ira, Ivan langsung meminta anaknya untuk meminta maaf dengan cara yang tidak biasa, yakni bersujud sambil menggonggong seperti anjing. Karena ingin permasalahan cepat selesai, Ira terpaksa mengizinkan anaknya melakukan hal tersebut di depan Ivan dan para saksi lainnya.
“Saya membiarkan anak saya meminta maaf sambil bersujud dan juga menggonggong seperti itu, karena ingin permasalahan itu cepat selesai. Dan saat di ruang mediasi bersama pihak sekolah, orang tua EMS kembali meminta anak saya meminta maaf sambil bersujud juga menggonggong. Di sini saya merasa gagal sebagai orang tua, membiarkan anak saya harus melakukan itu,” pungkasnya, dengan raut wajah penuh kesedihan.
Insiden ini menimbulkan kemarahan dan keprihatinan di kalangan masyarakat, terutama karena melibatkan intimidasi terhadap anak di bawah umur di lingkungan pendidikan. Kasus ini tengah menjadi sorotan publik dan diharapkan mendapatkan perhatian serius dari pihak berwenang serta sekolah untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali. (*)