KabarBaik.co- November 2024 makin dekat. Suhu politik Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS), terasa kian menghangat. Dua tim maupun calon orang nomor satu di Negeri Paman Sam itu ’’saling serang’’. Berebut simpati pemilih. Termasuk jor-joran menggalang dana kampanye.
Pilpres AS 2024 banyak mendapat atensi global. Ulangan Pilpres 2020. Yakni, mantan Presiden Donald Trump (Partai Republik) berhadapan dengan petahana Joe Biden (Partai Demokrat). Selama berbulan-bulan, keduanya telah saling mengeluarkan psywar. Juga, saling adu capaian jumlah dana kampanye yang berhasil dikumpulkan.
Dilansir dari VOA, pada akhir Maret lalu, tim Biden berhasil menggalang dana kampanye sebesar 25 juta USD atau lebih dari Rp 400 miliar. Ketika itu, presiden berusia 81 tahun itu hadir menjadi bintang tamu acara besar di New York. Menariknya, dua mantan Presiden AS, Barack Obama dan Bill Clinton, juga hadir. Nah, menurut tim kampanye Biden, acara itu berhasil mengumpulkan dana setidaknya 25 juta USD.
Tak mau kalah, pekan lalu (6/4), tim kampanye Trump mengatakan, pihaknya telah sukses menggandakan jumlah capaian dana kampanye dari diraih kubu Biden. Dana itu terkumpul pada acara penggalangan dana di rumah miliarder manajer dana lindung nilai (hedge fund) John Paulson di Palm Beach, yang lokasinya tidak jauh dari resor Trump di Mar-a-Lago.
Sikapi Kebiadaban Israel pada Warga Palestina, PM Malaysia Anwar Ibrahim: Serangan Menjijikkan
Dalam pernyataan bersama dengan Komite Nasional Partai Republik, Tim Trump mengatakan, acara tersebut berhasil mengumpulkan lebih dari 50,5 juta USD atau setara Rp 802,33 miliar. Tim kampanye Trump bahkan menyebut acara Biden pada sebelumnya di New York itu tampak “putus asa” jika dibandingkan dengan penggalangan dana Trump.
Saat memasuki ruangan acara dengan didampingi istrinya, Melania, Trump berkata: “Ini adalah malam yang luar biasa bahkan sebelum acara dimulai, karena orang-orang, mereka ingin berkontribusi untuk membuat Amerika hebat lagi. Dan itulah yang terjadi.”
Dalam sebuah pernyataan, Paulson mengatakan: “Acara yang laris ini telah mengumpulkan dana terbanyak dalam satu penggalangan dana politik sepanjang sejarah. Dukungan yang luar biasa ini menunjukkan antusiasme terhadap Presiden Trump dan kebijakannya.”
Reuters melaporkan, Minggu (7/4), mengutip dua sumber bahwa Paulson digadang-gadang menjadi calon menteri keuangan oleh Trump.
Daftar tamu dalam penggalangan dana di Palm Beach termasuk pengusaha Robert Bigelow, yang sukses di industri perhotelan sebelum meluncurkan perusahaan penelitian dirgantara, dan John Catsimatidis, pemilik jaringan toko kelontong besar. Keduanya adalah donor utama Partai Republik.
Menurut koran The Washington Post, satu kursi di meja Trump berharga 814.600 USD atau setara Rp 12,9 miliar dengan kurs saat ini.
Jumlah dana yang fantastis tersebut akan dipakai membiayai perjalanan kampanye para capres, membayar para pembantu mereka, dan membayar jajak pendapat. Namun, pengeluaran terbesar adalah membeli iklan televisi.
Dalam laporan terpisah oleh Reuters, Komite Trump 47 mengatakan, dari donasi 814.600 USD per orang itu disumbangkan oleh para pendonor utama. Dari jumlah tersebut, setiap 6.600 USD pertama yang disumbangkan oleh donatur akan masuk ke kampanye pemilihan presiden Trump.
Saat ini, Biden disebut masih mempunyai total dana kampanye yang lebih besar daripada Trump. Sebab, Trump juga tengah menghadapi tumpukan tuntutan hukum akibat berbagai dakwaan pidana yang menjeratnya.
Bikin Heboh, Indonesia Diberitakan Sudah Menjalin Hubungan dengan Israel
Mengenal Sistem Pilpres AS
Sebagai negara besar, AS mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan global. Karena itu, Pilpres AS tidak hanya penting bagi penduduk AS. Namun, juga menarik perhatian dunia. Pada masa politik modern ini, presiden AS pasti selalu anggota dari salah satu dua partai ini: Partai Demokrat dan Partai Republik.
Partai Demokrat berhaluan liberal. Agenda utamanya, mendorong hak-hak sipil, mengupayakan jaring pengaman sosial yang luas, dan membuat langkah-langkah untuk mengatasi perubahan iklim. Dari parti inilah Presiden Joe Biden berasal, yang bakal running kembali di 2024.
Adapun, Republik berhaluan konservatif atau dikenal Grand Old Party (GOP). Partai ini antara lain mendukung pajak rendah, hak kepemilikan senjata, pembatasan ketat terhadap imigrasi dan aborsi, serta peran dan tanggung jawab pemerintah yang minim dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Nah, Trump memiliki kans besar akan menjadi capres.
Pilpres AS digelar pada 5 November 2024. Masa jabatan presiden AS hanya empat tahun. Terhitung mulai Januari 2025. Untuk bisa meraih kuasa sebagai presiden, kandidat bersaing untuk memenangkan suara dari electoral college. Yakni, dewan konstitusional yang bertugas memilih presiden dan wakil presiden AS.
Di setiap negara bagian, mempunyai jumlah suara electoral college tertentu. Jumlah itu sebagian mengacu jumlah penduduk negara bagian bersangkutan. Total ada 538 suara yang diperebutkan. Pemenangnya, kandidat yang memperoleh minimal 270 suara atau lebih dari 50 persen.
Sistem pemilihan tersebut tentu saja berbeda dengan di Indonesia. Di mana pemilih langsung memilih kandidat pasangan presiden-Wapres bersangkutan. Nah, di AS pemilik suara menentukan kontestasi di tingkat negara bagian ketimbang di pemilu tingkat nasional.
Dengan demikian, ada kemungkinan seorang kandidat berhasil meraih suara terbanyak secara nasional, namun kalah dalam suara elektoral. Ini seperti dialami pada Hillary Clinton pada Pilpres AS tahun 2016 lalu.
Sebetulnya, pada 5 November nanti, penduduk AS tidak hanya memilih presiden-Wapres. Para pemilih juga akan memilih anggota Kongres baru. Mereka terdiri atas DPR dan Senat. Ada sebanyak 435 kursi DPR dan 33 kursi Senat yang akan diperebutkan.
Namun, selama ini suara pilpres lebih memanas dan riuh daripada pemilihan DPR dan Senat. Saat ini, Partai Republik mengendalikan kursi DPR. Adapun Demokrat menguasai Senat. (*)






