KabarBaik.co – Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Wakil Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Febrian Alphyanto Ruddyard mengharapkan percepatan akses data membuat program Makan Bergizi Gratis (MBG) berjalan lebih efektif, akuntabel, dan memberikan manfaat nyata bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Hal tersebut disampaikan dalam Rapat Pembahasan Upaya Percepatan Akses Data Program MBG bersama Badan Gizi Nasional (BGN).
“Percepatan integrasi data adalah kunci agar Program MBG bisa menjangkau lebih banyak penerima manfaat secara tepat sasaran, sekaligus memastikan memberi dampak yang maksimal,” ucapnya dalam keterangan resmi, Jakarta, Rabu (20/8).
Febrian menegaskan komitmen pemerintah dalam mempercepat akses dan integrasi data Program MBG guna memastikan efektivitas dan keberlanjutan program.
Dengan memastikan setiap kebijakan dalam Program MBG berbasis pada data yang akurat, terkini, dan terintegrasi, lanjutnya, manfaat program dapat dirasakan secara maksimal oleh masyarakat, terutama kelompok rentan.
Program MBG merupakan inisiatif strategis pemerintah yang bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan mengatasi masalah gizi, stunting, dan kemiskinan ekstrem.
Program ini menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029 yang diharapkan memberikan dampak besar di berbagai sektor. Mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga pertumbuhan ekonomi.
Kementerian PPN/Bappenas bersama BGN dan Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengembangkan kerangka kerja pemantauan, pengendalian, dan evaluasi MBG yang komprehensif. Salah satu inovasi yang dikembangkan adalah Dashboard Monitoring dan Evaluasi Program MBG, yang dirancang untuk memantau, mengevaluasi, dan mengelola risiko pelaksanaan program secara real-time.
Ekosistem MBG sendiri melibatkan pemangku kepentingan lintas sektor dari hulu hingga hilir.
“Oleh karena itu, diperlukan integrasi data multi-sumber dengan dukungan teknologi Artificial Intelligence (AI) seperti analitik prediktif dan deteksi anomali, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara cepat dan tepat,” kata Febrian.
Dalam kesempatan lain, Rabu (6/8), Bappenas bersama BGN, Institut Pertanian Bogor (IPB), dan World Food Programme (WFP) menyelenggarakan forum akademik bersama Pakar School Meals Coalition.
Forum ini diselenggarakan sebagai upaya mendorong pertukaran pembelajaran, inovasi, dan rekomendasi strategis bagi optimalisasi pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Adanya forum ini diharapkan menghasilkan rumusan kebijakan yang konkret untuk mendukung keberlanjutan dan perluasan pelaksanaan MBG di masa mendatang.
Wakil Menteri PPN menegaskan pentingnya kolaborasi global dalam menyukseskan MBG dalam forum tersebut.
“Kami menyampaikan apresiasi yang setulusnya kepada seluruh narasumber dalam forum ini untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman berdasarkan bukti global terkait manfaat dan dampak program Makan Bergizi Gratis,” ujar dia.
Febrian menekankan pula urgensi pelaksanaan MBG saat ini sebagai investasi strategis untuk membentuk generasi yang sehat, cerdas, dan produktif dalam rangka mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045.
Saat ini, Indonesia disebut tengah memasuki masa bonus demografi yang hanya terjadi sekali seumur hidup, dan diperkirakan mencapai puncaknya pada 2030–2035.
Untuk memanfaatkan peluang tersebut, investasi pada anak-anak dan generasi muda dinilai harus dilakukan sejak dini, karena mereka akan membawa Indonesia menuju kemajuan. Seluruh upaya ini harus dimulai dari hal mendasar namun krusial, yaitu pemenuhan nutrisi.
“Jika tidak dimulai sekarang, kita mungkin tidak akan pernah mulai sama sekali. Terima kasih, dan mari kita bekerja bersama untuk memastikan tidak ada satu anak pun yang tertinggal,” ungkap Wakil Kepala Bappenas.
Melalui forum ini, para pakar menyampaikan paparan berbasis bukti ilmiah serta berdiskusi secara strategis mengenai manfaat ekonomi dan pembangunan dari program makan bergizi di sekolah.
Forum ini turut menampilkan praktik baik dari negara-negara lain, seperti pengalaman Brasil dan model institusional yang didukung oleh WFP Centre of Excellence, serta integrasi program pendukung MBG seperti fortifikasi gizi, yang merujuk pada praktik terbaik global dan kajian akademik. (*)