Perjuangan Pembuat Arang di Mumbulsari Jember, Konsisten di Era Modern

oleh -287 Dilihat
IMG 20250613 WA0022
Hos Nyaruki menata tumpukan arang.

KabarBaik.co – Seorang warga Dusun Curahlaos, Desa Lampeji, Kecamatan Mumbulsari, Jember terus konsisten membuat arang di tengah era modernisasi dan derasnya inovasi teknologi.

Pria bernama Hos Nyaruki itu terlihat masih bersemangat menekuni profesi tradisional yang mungkin mulai ditinggalkan kebanyakan orang.

Meski begitu ia sadar bahwa saat ini era modern terus berkembang. Namun dedikasinya terhadap pembuatan arang tetap menyala seperti bara hasil produksinya.

Bahkan pak His telah menggeluti profesi ini sejak masih muda.

“Alhamdulillah sudah puluhan tahun saya melalukan pembuatan arang dan masih semangat hingga hari ini,” ujar Pak Hos.

Ia mengaku pembeli arang saat ini masih cukup banyak terutama dari pedagang sate.

“Sama kalau ada momen seperti tahun baru dan Idul Adha itu lumayan banyak pesanan. Tapi kalau dibanding 10 tahun lalu ya beda jauh,” ungkapnya.

Meski pun sepi pesanan, Hos mengaku tidak terlalu memikirakan hal tersebut. Ia hanya fokus untuk terus membuat arang di rumahnya.

“Setiap hari pasti membuat arang. Kalau belum ada yang memesan, arang itu saya jajakan,” tuturnya.

Kegigihan itulah yang membuatnya dikenal luas di kalangan pembeli setia, dari pedagang sate skala rumahan hingga pemilik gudang.

Produksi arangnya tidak selalu stabil. Jika permintaan menurun, dalam sehari ia hanya mampu menghasilkan lima karung.

Namun saat pesanan membeludak, jumlah itu bisa berlipat ganda. Bahkan demi memenuhi permintaan pelanggan, Pak Hos tak segan memasok arang dari tetangganya untuk dijual kembali.

“Kalau pesanan banyak, saya beli dari orang sekitar juga, terus saya jual ke langganan. Yang penting pesanan mereka tidak kecewa,” ujarnya.

Arang buatan Pak Hos dipasarkan dengan harga yang cukup terjangkau, yakni antara Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu per karung.

“Harga tersebut bergantung pada jenis kayu yang digunakan. Saya dapat bahan baku dari warga sekitar yang menjual kayu gelondongan untuk kemudian diolah menjadi arang,” terang Hos.

Menariknya, sistem distribusi Pak Hos masih bersifat manual. Ia mengandalkan sepeda motor untuk mengantarkan arang ke pelanggan.

Wilayah pengirimannya pun meluas dari Kecamatan Mumbulsari hingga ke Jenggawah, Ajung, Ambulu, dan sekitarnya.

“Dulu pakai sepeda, kadang jauh-jauh ke Jenggawah. Sekarang sudah pakai motor, alhamdulillah lebih ringan,” kenangnya sambil tersenyum.

Transformasi kecil ini cukup membantu kelancaran bisnisnya, terutama dalam menjangkau wilayah-wilayah yang cukup jauh.

Selain sarana transportasi, komunikasi dengan pelanggan juga mengalami perubahan.

Jika dahulu ia harus mendatangi pelanggan satu per satu atau menunggu mereka datang ke rumah, kini Pak Hos sudah memanfaatkan telepon untuk menerima pesanan.

“Saya hanya berusaha mengikuti era saat ini, meskipun belum bisa maksimal,” ungkapnya.

Namun ia percaya, jika melakukan sesuatu dengan ikhlas, rejeki akan datang dengan sendirinya.

“Sejak saat memulai bisnis ini pesan itu selalu saya ingat. Kalau kata orang rejeki tidak akan tertukar,” ucapnya. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Dwi Kuntarto Aji
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.