Profil Mbah Benu, Imam Jemaah Aolia yang Ngaku Telepon Allah

Reporter: Prabangasta Restu Rendra
Editor: Andika DP
oleh -96 Dilihat
Mbah Benu. (Foto: Antara)

KabarBaik.co – Mungkin belum banyak tahu siapa Raden Ibnu Hajar Shaleh Pranolo alias Mbah Benu. Beliau adalah Imam Jemaah Aolia Gunungkidul, DI Yogyakarta.

Nama Raden Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau Mbah Benu menjadi perbincangan di berbagai media setelah Jamaah Aolia yang dipimpinnya viral lantaran melaksanakan shalat Idul Fitri lebih dulu. Ini dia profil sosok kontroversial tersebut.

Jamaah Aolia yang dipimpin Mbah Benu diketahui melaksanakan shalat Idul Fitri 1445 Hijriah pada 5 April 2024 lalu. Padahal, perkiraan Lebaran dari pemerintah sekitar 10 atau 11 April 2024.

Dalam keterangannya bahkan Mbah Benu menyebut untuk penentuan 1 Syawal dirinya menelepon sendiri Allah SWT.

Sosok Mbah Benu

Di balik pengalaman spiritual dan batiniahnya yang memunculkan kontroversi, Kiai Anis Mashduqi mengungkapkan bahwa Mbah Benu sosok yang ramah. Lelaki sepuh kelahiran Purwokerto, 28 Desember 1942 dan besar di Purworejo ini terbuka dengan siapa pun untuk bertukar pikiran, sehingga para pengurus PWNU DIY diterima dengan baik dan hangat.

Baca juga:  Ketua DPR RI: Idul Fitri Jadikan Momentum Menyulam Silaturahmi Seluruh Elemen Bangsa

Mbah Benu, pemimpin Jamaah Aolia, bukanlah sosok biasa dalam lanskap keagamaan Indonesia. Dilahirkan pada 28 Desember 1942 di Pekalongan, beliau tumbuh besar di Purworejo dan menetap di Giriharjo, Kecamatan Panggang sejak 27 Juli 1972.

Pendidikan tinggi dijalani di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), namun di semester akhirnya, beliau memutuskan untuk drop out dengan alasan yang cukup unik. Mbah Benu merasa bahwa ilmu kedokteran bisa menimbulkan kemusyrikan dan tidak ingin memakan uang dari orang yang sakit atau menderita.

Tesis mahasiswa IAIN Purwokerto, Muhammad Ulyan, mengungkapkan sisi lain dari Mbah Benu. Dalam tesis tersebut, terkuak bahwa Mbah Benu bukan hanya seorang pemimpin agama biasa, tetapi juga sosok yang memiliki pemahaman mendalam tentang agama Islam serta keterhubungannya dengan spiritualitas.

Baca juga:  Lebaran 2024, Yuk Manfaatkan Diskon Tarif Tol Krian-Gresik

Hal ini terbukti dari keputusannya menetap di Gunung Kidul dan keberhasilannya mempelajari Islam langsung dari sang ayah, seorang lulusan berbagai pesantren di Jawa dan Madura.

Di rumahnya yang terletak di Dusun Panggang III, Desa Giriharjo, Gunung Kidul, Yogyakarta, Mbah Benu menyimpan banyak hiasan, termasuk lukisan Kanjeng Ratu Kidul. Namun, jauh dari sekadar hiasan, lukisan tersebut memiliki tujuan mendalam untuk meluruskan aqidah masyarakat.

Meskipun masyarakat pada masa lalu percaya akan hal-hal mistis seputar Kanjeng Ratu Kidul, Mbah Benu selalu menegaskan bahwa yang perlu dipuja dan disembah hanyalah Allah SWT.

Baca juga:  7 Hari Libur Lebaran di Kota Batu, Volume Kendaraan Masuk Lebih 1 Juta dan Wisatawan 118.694 Orang

Tak hanya itu, keputusan Mbah Benu menetap di Gunung Kidul juga dipengaruhi oleh faktor pribadi, di antaranya adalah karena mengikuti calon istrinya yang saat itu bertugas sebagai bidan di daerah tersebut.

Meskipun memiliki gelar ‘Raden’ yang menandakan keturunan darah biru dari Purworejo, Jawa Tengah, Mbah Benu memilih untuk tidak berpolitik dan sepenuhnya fokus pada pemahaman agama Islam serta mendirikan Jamaah Aolia.

Salah satu aspek yang membuat Mbah Benu menjadi sosok yang menarik perhatian adalah kemampuannya untuk berkomunikasi dengan makhluk gaib. Wawancara dengan beberapa pihak mengungkapkan bahwa beliau memiliki banyak jin yang ditempel di pusaka-pusaka. Ini menambah lapisan misteri dan kontroversi di sekitar sosok Mbah Benu.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.