Raih Apresiasi BKKBN, Khofifah Tegaskan Penurunan Stunting Jatim Butuh Konsistensi dan Kerja Keroyokan

oleh -73 Dilihat
IMG 20251119 WA0004
Penghargaan Genting ini adalah hasil kerja gotong royong untuk masa depan generasi Jatim.

KabarBaik.co – Komitmen Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, dalam memerangi stunting di wilayahnya kembali mendapat sorotan dan apresiasi di kancah nasional. Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (BKKBN) memberikan penghargaan khusus kepada Khofifah atas kesuksesan implementasi program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting).

Penghargaan ini merupakan bentuk pengakuan atas peran aktif dan dukungan konsisten Jatim dalam menyukseskan program Genting. Secara simbolis, apresiasi tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Dr. Minhaji, kepada Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, yang mewakili Gubernur Khofifah. Penyerahan dilakukan dalam sesi Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (Rakornas PPS) di Auditorium J. Leimana, Jakarta, pekan lalu.

Dalam kesempatan yang sama, Pemerintah Kota Mojokerto juga turut menyumbangkan kebanggaan bagi Jatim setelah dinobatkan sebagai pemenang lomba tingkat kabupaten/kota berkinerja baik.

​Menanggapi capaian ini, Gubernur Khofifah menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada semua pihak. Ia menegaskan bahwa penghargaan Genting bukanlah prestasi tunggal, melainkan buah dari sinergi dan kolaborasi yang masif.

“Penghargaan Genting ini adalah hasil kerja gotong royong untuk masa depan generasi Jatim,” ujar Khofifah saat dihubungi dari Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (19/11), di tengah kunjungan kerja misi dagang Jawa Timur-Sulawesi Tenggara.

Khofifah merinci, sinergisitas tersebut melibatkan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, BKKBN Provinsi Jatim, PKK, Mitra Pentahelix, Pembina Posyandu, hingga partisipasi aktif masyarakat dalam Genting.

“Menurunkan prevalensi stunting bukanlah hal yang sederhana. Ini membutuhkan kolaborasi lintas sektor yang terintegrasi, mulai dari tingkat provinsi, kabupaten, hingga desa,” tegasnya.

​Khofifah memaparkan data terkini dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024. Disebutkan bahwa prevalensi stunting di Jatim saat ini berada di angka 14,7 persen, jauh lebih rendah dibandingkan prevalensi stunting nasional yang mencapai 19,8 persen.

“Prevalensi stunting Jatim memang sudah di bawah rata-rata nasional. Namun, kami tidak boleh lengah. Kami harus mempercepat upaya untuk mencapai target RPJMD Jatim sebesar 13,36 persen pada tahun 2029 mendatang,” tandasnya.

Ia pun menekankan pentingnya konsistensi dalam menjalankan seluruh program intervensi. “Yang penting bukan hanya mengejar target penurunan, tetapi memastikan konsistensi dalam pelaksanaan seluruh program. Konsistensi inilah yang akan menentukan apakah upaya kita benar-benar berdampak,” tegasnya.

Intervensi pencegahan stunting di Jatim dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Ini meliputi intervensi spesifik (skrining anemia remaja putri, pemberian Tablet Tambah Darah/TTD, Antenatal Care/ANC, ASI eksklusif, PMT) dan intervensi sensitif (pemenuhan sanitasi, air bersih, edukasi gizi, dan peningkatan ekonomi rumah tangga).

​Lebih lanjut, Khofifah mendorong penguatan pendekatan berbasis data individual. “Pendekatan by name by address harus terus diperkuat. Pengukuran rutin di Posyandu, pendampingan ibu hamil, dan pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri wajib berjalan berkelanjutan,” jelasnya.

Keterlibatan lintas sektor di lingkungan sekolah, seperti dukungan Dinas Pendidikan melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG), juga diyakini Khofifah sebagai upaya strategis untuk penanganan stunting yang komprehensif dan berdampak nyata bagi masyarakat.

​Senada dengan semangat gotong royong yang digaungkan Khofifah, Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka, selaku Ketua Pengarah Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), kembali menegaskan komitmen pemerintah pusat.

Wapres Gibran, dalam arahannya, mengingatkan seluruh Kepala Daerah agar mengutamakan basis data sebelum mengambil kebijakan dalam penurunan stunting.

“Terpenting jika akan mengambil kebijakan harus berbasis data. Penurunan stunting harus dikawal dan ini adalah kerja bersama dan harus dilakukan kroyokan bersama,” pungkas Wapres Gibran, menegaskan semangat sinergi dari pusat hingga daerah.

Pemerintah berkomitmen menurunkan prevalensi stunting nasional menjadi 14,2 persen pada tahun 2029, sebagai bagian dari target jangka panjang untuk mencapai 5 persen pada tahun 2045. Rakornas PPS ini menjadi ajang strategis untuk menguatkan gerakan #CegahStuntingItuPenting.

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam WhatsApp Channel KabarBaik.co. Melalui Channel Whatsapp ini, kami akan terus mengirimkan pesan rekomendasi berita-berita penting dan menarik. Mulai kriminalitas, politik, pemerintahan hingga update kabar seputar pertanian dan ketahanan pangan. Untuk dapat bergabung silakan klik di sini

Penulis: Dani
Editor: Gagah Saputra


No More Posts Available.

No more pages to load.