KabarBaik.co- Desas-desus perombakan (reshuffle) anggota kabinet Presiden Prabowo Subianto makin santer. Sebelumnya, di kalangan media, isu reshuffle itu bakal digelar seusai libur Lebaran atau 6 bulan masa kerja kabinet merah putih. Evaluasi 6 bulan itupun pernah disampaikan Hashim Djojohadikusumi, adik kandung Prabowo yang juga wakil ketua dewan pembina Partai Gerindra.
’’Evaluasi akan dilakukan pada bulan Maret atau April tahun 2025,” kata Hasjim dalam Dialog Ekonomi bersama Pimpinan Dewan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) yang berlangsung di Menara Kadin, Jakarta, pada 23 Oktober 2024.
Diketahui, para anggota kabinet atau menteri dilantik oleh Presiden Prabowo pada Oktober 2024. Ada sebanyak 151 menteri, wakil menteri, dan pejabat negara setingkat menteri yang dilantik. Jumlah kementerian ini lebih bengkak dibandingkan kabinet di era Presiden ke-7 Joko Widodo atau presiden-presiden lainnya. Sebelumnya, hanya berkisar 30-35 menteri saja.
Berbeda dengan pemerintahan-pemerintahan lalu, sebelum menjalankan tugasnya, para pembantu Presiden Prabowo itupun mengikuti pembekalan (retreat) khusus di Bukit Tidar Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah. Selama mereka ikut retreat, mereka juga mengenakan seragam loreng-loreng.
Di masa 100 hari kerja. Beberapa lembaga pun melakukan survei. Hasilnya? Ada yang mengungkap tingkat kepuasan (approval rating) mencapai 80 persen. Rata-rata publik menaruh harapan besar terhadap pemerintahan hasil Pemilu 2024 itu untuk membawa Indonesia lebih maju. Di masa 100 hari kerja itu, survei juga mengungkap sejumlah menteri berkinerja baik dan buruk.
Hasil suvei Center of Economic and Law Studies (Celios), misalnya. Dalam surveinya, Celios melibatkan 95 jurnalis dari 44 lembaga pers kredibel baik dari media massa elektronik maupun cetak. Para jurnalis dipilih karena mereka dianggap mempunyai wawasan mendalam tentang kinerja pemerintah dan memiliki akses langsung serta kemampuan untuk mengamati kinerja pejabat publik secara rutin. Selain itu, para jurnalis ini dipandang mampu menganalisis hasil dari kebijakan dan program pemerintah secara objektif.
Para jurnalis diminta menilai kinerja pemerintahan Presiden Prabowo menggunakan skala linier 1-10. Nilai 1 berarti sangat buruk dan nilai 10 berarti sangat positif. Hasilnya menunjukkan, selama 100 hari pertama memperoleh rerata nilai 5 dari 10. Adapun indikator utama penilaian ini mencakup pencapaian program, kesesuaian rencana kebijakan dengan kebutuhan publik, kualitas kepemimpinan dan koordinasi, tata kelola anggaran, serta komunikasi kebijakan.
Andai Rupiah Melemah ke Rp 17 Ribu per Dolar AS, Benarkah Tak Berdampak Jika Tak Punya Dolar?
Survei Celios juga mengungkap, ada 10 menteri dengan kinerja buruk. Yakni, Menteri HAM Natalius Pigai, Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan.
Lalu, Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan Budiman Sudjatmiko, Menteri Pemuda dan Olahraga Ario Bimo Nandito Ariotedjo, Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan Yusril Ihza Mahendra, dan Menteri Kebudayaan Fadli Zon.
Komunikasi dan Bidang Ekonomi
Kini, masa kerja para pembantu Presiden Prabowo telah memasuki 6 bulan. Waktunya dilakukan evaluasi seperti disampaikan Hashim Djojohadikusumo di depan publik ketika itu. Dalam rentang 6 bulan, begitu banyak dinamika terjadi. Baik politik, ekonomi maupun hukum. Terutama persoalan ekonomi karena faktor domestik maupub global. Juga masalah gaya komunikasi pembantu presiden yang tidak sedikit malah menimbulkan blunder. Alih-alih makin menguatkan kepercayaan publik terhadap pemerintahan, justru kontraproduktif.
Di antara yang mendapat atensi atau kecaman meluas adalah Kepala Komunikasi Kantor Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) Hasan Nasbi. Yakni, saat menanggapi teror kepala babi ke salah satu media dengan mengatakan ‘’udah dimasak saja!’’. Tentu saja, pernyataan itu mengundang kecaman. Termasuk dari sejumlah tokoh politik maupun agama.
Kejadian tersebut hampir mirip dengan apa yang dialami oleh Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) dengan seorang penjual teh. Namun, tanpan menunggu reshuffle, Gus Miftah akhirnya dengan legawa memilih mundur sebagai salah seorang utusan khusus presiden.
Menuai Kontroversi, Anggota Kabinet Merah Putih Bergantian dalam Sorotan Publik
Tidak hanya Hasan Nasbi. Beberapa menteri, juga pernah blunder dalam berkomunikasi hingga mendapat sorotan. Selain masalah komunikasi ke publik yang dianggap buruk, persoalan ekonomi juga mendapat atensi serius. Di antaranya kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di awal tahun anggaran 2025. Mulai target pendapatan meleset, defisit APBN, hingga utang negara yang makin membengkak. Lalu, kebihakan efiesiensi atau pemangkasan anggaran, anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), kurs rupiah terjadap dolar, hingga Danantara.
Buntut persoalan ekonomi tersebut, nama-nama menteri bidang ekonomi terkena getah. Di antaranya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Sebelumnya, di tengah persoalan ekonomi tersebut, Sri Mulyani dirumorkan bakal mundur. Namun, di hadapan pers, Menkeu empat periode itu menepis rumor tersebut. Perempuan kelahiran Lampung itu menegaskan bahwa dirinya tetap fokus untuk menjaga APBN. Kini, menjelang 6 bulan, rumor perombakan Menkeu dan kabinet bidang perekonomian itu kembali mengemuka. Terlebih, di tengah bayang-bayang krisis ekonomi baik karena faktor domestic yang makin diperparah kebijakan tarif timbal-balik Amerika Serikat (AS).
Di tengah isu reshuffle tersebut, kemarin (6/4) Sri Mulyani di akun Instagram mengunggah foto bersama Retno Marsudi. Diketahui, Retno tak lagi menjabat sebagai menteri luar neger di masa pemerintahan Presiden Prabowo. Sebelumnya, selama 10 tahun menjadi Menlu di pemerintahan Presiden Jokowi. Meski tidak aktif di pemerintahan, saat ini Retno tetap menduduki sejumlah jabatan. Mulai komisaris, direktur non-eksekutif, hingga utusan khusus di Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).
Nah, apakah unggahan foto Sri Mulyani tersebut sebagai sinyal bakal mengikuti jejak Retno Marsudi? Yang pasti, dalam unggahannya itu Sri Mulyani menuliskan caption. ’’Sabtu sore dengan bestie @retno_marsudi. Kangen ngobrol tukar kabar tentang keluarga, cucu-cucu dan aktivitas beliau yang luar biasa. Take care Retno.’’ (*)