KabarBaik.co – Setiap tahun, seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri, masyarakat Gresik biasa merayakan tradisi Riyoyo Kupatan atau Lebaran Ketupat). Perayaan ini bukan sekadar pesta kuliner ketupat, melainkan warisan spiritual dari seorang ulama keturunan Sunan Giri, yang bernama Kiai Baka.
Tradisi ini telah berlangsung turun-temurun, mengakar kuat di berbagai daerah di Gresik seperti Kecamatan Manyar dan Gresik Kota.
Kiai Baka dikenal sebagai sosok kharismatik yang mengimbau para santrinya untuk melanjutkan ibadah dengan berpuasa enam hari setelah 1 Syawal, sesuai dengan Sunnah Rasulullah.
Sebagai ungkapan rasa syukur atas selesainya puasa sunnah ini, warga kemudian menggelar perayaan dengan menyantap ketupat bersama. Inilah cikal bakal Riyoyo Kupatan yang masih dilestarikan hingga kini.
Di Desa Karangrejo, Kecamatan Manyar, misalnya, tradisi ini tetap hidup. Pada hari ketujuh setelah Idulfitri, warga berbondong-bondong menuju masjid membawa hidangan ketupat dan berbagai lauk untuk didoakan bersama.
Setelah doa, mereka menyantap hidangan secara bersama-sama dan ada juga yang dibagikan kepada sanak saudara, mencerminkan semangat kebersamaan yang diwariskan leluhur.
“Tradisi ini sudah dilakukan sejak dulu oleh orang tua kami. Selain untuk berbagi, ini juga menjadi momen silaturahmi bagi seluruh warga,” ujar Yusro, salah satu tokoh masyarakat Karangrejo, Selasa (1/4).
Di Pekauman, Kecamatan Gresik, perayaan Riyoyo menjadi sangat melekat menjadi identitas desanya. Kupatan di sini berlangsung sangat meriah. Warga setempat yang telah menunaikan puasa Syawal berkumpul pada malam 8 Syawal.
Setelah salat Isya, mereka membuka pintu rumah bagi siapa saja yang ingin menikmati ketupat bersama keluarga mereka. Tak ada sekat antara tamu dan tuan rumah, semua berbaur dalam kehangatan tradisi yang telah berlangsung ratusan tahun.
“Di sini, siapa pun yang datang akan disambut dengan makanan. Kami ingin menjaga nilai kebersamaan dan saling berbagi seperti yang diajarkan oleh leluhur kami,” kata Fatimah, salah satu warga Pekauman.
Meski setiap daerah memiliki sedikit perbedaan dalam pelaksanaan, esensi Riyoyo Kupatan tetap sama: menguatkan silaturahmi dan mempererat kebersamaan. Di beberapa tempat, ketupat disajikan dengan opor ayam, sementara di daerah lain, hidangan pendampingnya bisa berupa daging, ikan, atau lauk khas masing-masing wilayah.
Seiring modernisasi, tak sedikit tradisi yang mulai luntur. Namun, Riyoyo Kupatan di Gresik tetap bertahan, membuktikan bahwa nilai-nilai kearifan lokal masih memiliki tempat di tengah masyarakat.
Seperti pesan Kiai Baka, tradisi ini bukan sekadar soal makanan, tetapi juga wujud kesalehan sosial yang diwariskan dari generasi ke generasi.(*)