KabarBaik.co – Setelah lima hari proses pencarian tanpa henti, tim SAR gabungan akhirnya mengevakuasi seluruh korban reruntuhan bangunan masjid Pondok Pesantren Al khoziny, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo. Dari total 118 santri yang berhasil dievakuasi, tercatat 114 orang selamat dan 14 lainnya meninggal dunia.
Salah satu santri yang menjadi korban selamat terakhir yang berhasil diselamatkan adalah Syaiful Rosi Abdillah (13), asal Bangkalan, Madura. Syaiful ditemukan dalam kondisi lemah namun masih sadar setelah tiga hari tertimbun reruntuhan bangunan. Sayangnya, akibat luka parah di bagian kaki kanan, dokter harus melakukan amputasi untuk menyelamatkan nyawanya.
Syaiful kini dirawat intensif di RSUD Sidoarjo pasca operasi. Dalam kondisi lemah, ia sempat bertanya lirih kepada orang tuanya,
“Kapan saya punya kaki baru?”
“Alhamdulillah, dia sudah makan tadi. Tapi masih dirawat, masih lemas. Semangatnya luar biasa, anak ini kuat, tiga hari nggak makan, nggak minum, nggak tidur sama sekali,” tutur sang ayah kepada wartawan, Sabtu (4/10).
Diketahui, Syaiful baru empat bulan mondok di pesantren tersebut. Saat musala ambruk, ia sedang bersama enam temannya. Mereka tertimpa bangunan beton yang diduga roboh akibat struktur tidak kuat menahan beban.
“Gak lama nambah ada yang jatuh lagi. Beton semua, gak bisa dorong. Kami minta tolong bareng-bareng, tapi gak kedengaran. Baru jam 12 malam ada orang kampung datang bantuin,” kisah Syaiful saat ditemui di ruang perawatan.
Selama tiga hari terjebak di bawah puing-puing bangunan, santri kelas 2 SMP itu hanya bisa berpasrah diri sambil terus membaca selawat dan istighfar. Ia bertahan hidup hanya dengan udara yang terbatas.
“Gak bisa tidur, gak bisa minum, cuma ada angin kayak cahaya buat nafas. Saya sadar terus, cuma nunggu teman-teman keluar semua, baru saya minta tolong,” ujarnya pelan.
Beruntung, Syaiful akhirnya berhasil ditemukan dalam keadaan hidup meski mengalami luka berat. Ketujuh santri yang sempat tertimpa bangunan saat kejadian dinyatakan selamat, namun kondisi Syaiful paling parah hingga harus menjalani amputasi.
Kini, santri asal Bangkalan itu masih menjalani pemulihan di RSUD Sidoarjo. Meski kehilangan satu kakinya, semangatnya untuk sembuh dan kembali menimba ilmu agama tak surut.
“Dia bilang mau tetap ngaji, meski jalannya nanti pakai kaki buatan,” kata sang ayah dengan mata berkaca-kaca. (*)