Sekelompok Remaja di Bojonegoro Perkuat Mitigasi dan Adaptasi Krisis Iklim

Reporter: Shohibul Umam
Editor: Hairul Faisal
oleh -115 Dilihat
Syaiful Huda saat memberikan materi tentang mitigasi dan adaptasi krisis iklim. (Foto: Shohibul Umam) 

KabarBaik.co – Krisis iklim dan kerusakan lingkungan menjadi topik yang banyak diperbincangkan. Dampak yang terjadi adanya krisis iklim ini cukup beragam. Bagi keberlangsungan hidup rawan menyerang kelompok rentan, seperti anak-anak, perempuan, maupun orang tua.

Sejumlah remaja di Kabupaten Bojonegoro melakukan penguatan mitigasi maupun adaptasi dalam menghadapi suhu bumi yang terus meningkat dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Kondisi tersebut semakin nyata menimbulkan berbagai bencana lingkungan.

Direktur Bojonegoro Institute, Saiful Huda yang menginisiasi diskusi tentang krisis iklim bagi para pelajar dan mahasiswa di Kabupaten Bojonegoro itu mengajak semua pihak agar lebih peka terhadap perubahan iklim sekaligus memiliki pola adaptasi.

Baca juga:  Usut Dugaan Korupsi Mobil Siaga, Kejari Kembali Periksa Kepala Bappeda Bojonegoro

“Pemuda dan pelajar merupakan generasi masa depan yang akan menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan lingkungan. Termasuk ketersediaan sumber daya alam menipis dan ancaman krisis iklim,” ujar Saiful, Sabtu (28/6).

Menurut Saiful, krisis iklim terjadi akibat peningkatan pemanasan global yang disebabkan peningkatan emisi karbon yang tidak terkendali. ”Deforestasi dan penggunaan energi fosil menjadi penyumbang terbesar peningkatan emisi global,” tutur dia.

Pria yang karib disapa Awe itu menambahkan, beberapa dampak krisis iklim yang nyata terjadi di antaranya seperti cuaca ekstrim, banjir, kekeringan hingga ancaman terjadinya krisis pangan dan krisis kesehatan global.

Baca juga:  Coba Curi Motor Ojol, Pria Asal Gresik Diamuk Massa di Bojonegoro

”Laporan Global Carbon Project menempatkan Indonesia berada dalam urutan ke-7 dari 10 negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia. Menurut laporan ini, kenaikan emisi Indonesia disumbang oleh penggunaan energi fosil, alih fungsi lahan, dan deforestasi yang tinggi,” jelas Saiful.

Saiful menyebut dampak krisis iklim di Indonesiapun akan terus meningkat dan semakin parah, termasuk di Kabupaten Bojonegoro. Karena itu, harus ada upaya serius untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Workshop aksi generasi iklim itu digelar Bojonegoro Institute bekerjasama dengan Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO) sebagai bagian dari mitra Ford Foundation. Dalam kegiatan tersebut mitigasi krisis iklim dipandu oleh Pegiat Yayasan Adopsi Hutan Jawa Timur, Putut Prabowo.

Baca juga:  Setahun Dibangun, Pasar Burung Buana Lestari Bojonegoro Sepi Pengunjung

Dari hasil workshop tersebut diharapkan para pelajar dan mahasiswa bisa lebih meningkatkan pengetahuan serta awereness tentang krisis iklim dan dampaknya bagi keberlangsungan hidup. “Termasuk memberikan rekomendasi/rencana aksi penguatan adaptasi perubahan iklim dari forum pemuda dan pelajar Bojonegoro peduli iklim kepada instansi pemerintah,” tandas Saiful. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News


No More Posts Available.

No more pages to load.