Sekolah Rakyat, Harapan Baru Astuti dan Ratusan Keluarga Miskin di Bojonegoro

oleh -113 Dilihat
WhatsApp Image 2025 07 15 at 8.49.42 AM
Sejumlah siswa menjalani tes kesehatan di Sekolah rakyat Bojonegoro

KabarBaik.co – Astuti (37), ibu rumah tangga di Desa Kalirejo, Bojonegoro menyimpan perjuangan hidup yang tak ringan. Jelang memasuki pembelajaran baru beberapa Minggu kemarin, ia nekat mencabut pendaftaran anaknya untuk duduk di bangku SMPN di salah satu sekolah di Bojonegoro.

Bukan karena putus asa, melainkan karena sebuah harapan baru muncul di tengah keterbatasan ekonomi keluarganya.

“Setelah ada kabar dari pendamping PKH (Program Keluarga Harapan), katanya ada Sekolah Rakyat yang semua biayanya ditanggung. Seragam, buku, asrama, semua gratis. Akhirnya yang sekolah negeri saya tarik,” tutur Astuti Selasa (15/7).

Keputusan itu sempat menuai kebingungan di sekolah negeri. Awalnya, pihak sekolah sulit percaya bahwa ada program pendidikan gratis dengan fasilitas asrama lengkap. Namun setelah pendamping PKH melakukan klarifikasi, mereka pun mengerti bahwa Aisyah adalah satu dari sedikit anak yang terpilih untuk mengikuti program Sekolah Rakyat.

Aisyah kini menjadi bagian dari 100 anak keluarga miskin di Bojonegoro yang tengah menjalani tahapan seleksi akhir. Mereka datang dari berbagai desa, diantar oleh orang tua, pendamping desa, bahkan menggunakan mobil siaga desa. Lokasi tes bertempat di gedung bekas Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) yang kini disulap menjadi kompleks Sekolah Rakyat.

Program Sekolah Rakyat menjadi tempat baru bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Diresmikan oleh pemerintah pusat, program ini tidak hanya menyediakan akses pendidikan gratis lengkap dengan asrama, seragam, dan buku pelajaran, tetapi juga menekankan pada pengembangan karakter dan motivasi anak-anak agar berani bermimpi dan membangun masa depan yang lebih cerah.

Muhammad Shobari, Kepala Sekolah Rakyat Bojonegoro, adalah sosok di balik layar yang memahami betul perjuangan anak-anak yang terlibat. Ia bukan hanya menjalankan tugas administratif, tapi membawa pengalaman pribadinya dalam mendampingi siswa.

“Saya sendiri dulu dari keluarga miskin. Orang tua saya penerima raskin. Saya juga dulu tak pernah berani bercita-cita tinggi. Tapi sekarang, saya ingin anak-anak ini berani bermimpi,” ungkap Shobari.

Dalam tiga bulan pertama, Shobari mengatakan, pembelajaran akan difokuskan pada penguatan karakter dan motivasi. Suasana asrama diyakini akan membentuk ikatan emosional yang kuat di antar siswa serta memudahkan mereka menyerap nilai-nilai penting untuk masa depan.

Dari sisi teknis, Pemkab Bojonegoro melalui Dinsos memastikan seluruh persiapan telah dijalankan. Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinsos Bojonegoro Dwi Ratna Putri P menjelaskan bahwa semua proses berjalan sesuai jadwal, mulai dari pendataan siswa, renovasi gedung, penyediaan seragam, hingga perekrutan tenaga pengajar.

“Tahap 1A sudah mulai Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pada 14 Juli ini dengan 63 Sekolah Rakyat dan diresmikan hari ini. Sementara untuk Tahap 1B, termasuk Bojonegoro, akan dimulai akhir Juli atau awal Agustus. Kurikulumnya tetap mengikuti standar nasional, hanya ditambahkan penguatan karakter,” terang Dwi Ratna. (*)

Cek Berita dan Artikel kabarbaik.co yang lain di Google News

Penulis: Shohibul Umam
Editor: Imam Wahyudiyanta


No More Posts Available.

No more pages to load.