KabarBaik.co – Puluhan layang-layang tampak menari riang di langit jingga GKB Convex, Gresik, setiap sore menjelang Maghrib. Musim kemarau dan masa liburan sekolah telah menghidupkan kembali tradisi lama yang penuh warna, bermain layangan.
Fenomena ini tak hanya menjadi hiburan anak-anak, tetapi juga ruang pelarian dari penat bagi para pekerja. Di antara mereka, terlihat Siswanto Haryadi, 31 tahun, seorang buruh pabrik yang masih mengenakan sebagian baju kerjanya, sibuk mengatur tarikan benang sambil tersenyum.
“Saya main layangan ini karena kangen mainan waktu kecil, juga agar tidak jenuh setelah kerja,” ujarnya, Kamis (7/8) petang.
Di balik langit yang penuh garis-garis benang dan motif layang yang beragam, ada Ibnu, warga Gresik yang setia menggelar dagangannya di kawasan ini.
Ia menjual berbagai jenis layang-layang dengan harga terjangkau, mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 5.000. Dalam sehari, omzetnya bisa mencapai Rp 400.000.
“Mulai ramai main layang-layang sejak musim kemarau, ya saat anak-anak ini mulai libur sekolah lah,” jelas Ibnu. Ia juga menjajakan senar layangan, mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 120.000, tergantung panjang dan kualitas.
Pembelinya pun beragam, dari anak-anak hingga mahasiswa, bahkan pekerja kantoran dan tenaga medis. “Ada dokter juga tadi yang beli,” tambahnya.
Ibnu mulai berjualan sekitar pukul 15.00 WIB hingga menjelang waktu Maghrib. Musim layangan seakan menjadi waktu panen bagi seorang seorang seperti Ibnu, sekaligus momen ketika langit GKB Convex berubah menjadi panggung pertunjukan masa kecil itu.
Di sela riuhnya benang yang bersilang dan suara sorak sorai, tampak beberapa pemain saling mengadu layangan, sebuah permainan klasik yang cukup menguji ketangkasan dan juga menjadi simbol kegembiraan sederhana.
Langit Gresik di musim kemarau ini, seolah menghamparkan panggung nostalgia bagi banyak orang. Di bawah langit senja yang cerah, layang-layang tak hanya terbang, ia mengangkat ingatan, mengurai stres, dan menghubungkan manusia dengan masa kecil mereka yang sempat terlupa.(*)